Pantauan Republika dari Jembatan Sarinah, massa yang melakukan aksi dari depan Gedung Jakarta Theater sudah tak terlalu banyak. Mereka tampak berganti-gantian dalam melancarkan aksinya. Namun, pada pukul 22.10 WIB, massa provokator yang mengolok-olok aparat justru muncul dari Gedung Sarinah yang awalnya relatif steril.
Polisi pun mengimbau massa untuk meninggalkan Gedung Sarinah. Polisi meminta bantuan TNI untuk mengimbau warga meninggalkan gedung sarinah. Personel TNI pun mendekati warga, dan imbauan TNI didengarkan warga yang berangsur meninggalkan lokasi.
Beberapa waktu kemudian, aparat justru dihebohkan kehadiran seorang perempuan. Sekitar pukul 22.52 WIB, perempuan bercadar mengenakan ransel hitam tiba-tiba mendekat ke gedung Bawaslu. Perempuan itu bahkan mendekati aparat yang sedang bertahan dari petasan dan lemparan benda dari arah Jalan Wahid Hasyim.
Polisi pun meneriaki wanita tersebut untuk mundur. Ancaman gas air mata digunakan polisi agar perempuan tersebut mundur. Namun, perempuan itu tak mengindahkan peringatan polisi. Gas air mata pun ditembakkan.
Akhirnya, perempuan itu pun menepi ke Gedung Mandiri. Warga pun diminta menjauhi perempuan itu karena tasnya dianggap mencurigakan. Ketika tas dibuka, ternyata hanya berisi pengisi daya, buku dan kartu identitas.
Menjelang tengah malam, massa tak kunjung mengendurkan aksinya. Di arah Bundaran HI, tepatnya di depan Institut Français Indonesia (IFI) tenaga medis untuk para demonstran mulai sibuk bekerja. Di depan pagar bertuliskan liberte, egalite, fraternite, sejumlah matras digelar. Para petugas medis tergopoh-gopoh mengangkat massa yang luka.
Darah tampak berlumuran dari dari pria yang diangkat itu. Saat Republika maupun kerumunan warga berusaha mendekat, para petugas medis langsung mencegah. "Tolong mundur, yang tidak berkepentingan, kami sedang bekerja, ini nyawa orang," kata seorang dokter. Sejumlah korban juga diangkat menggunakan ambulans yang ditempatkan di depan IFI itu.