Sabtu 25 May 2019 06:44 WIB

Pengais Rezeki di Tengah Ketegangan Aksi

Sampah berupa botol air kemasan saat aksi menjadi tambahan penghasilan bagi pemulung

Truk water canon berdiri di antara sampah sisa aksi 22 Mei di seputar kantor Bawaslu, Kamis (23/5) dini hari.
Foto: Republika/Prayogi
Truk water canon berdiri di antara sampah sisa aksi 22 Mei di seputar kantor Bawaslu, Kamis (23/5) dini hari.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Botol plastik kemasan air mineral terlihat bertumpuk rapi di sisi trotoar samping Patung Arjuna Wijaya, Jalan Merdeka Barat, Jakarta Pusat, Jumat (25/5) malam. Di lokasi yang sama, para polisi tengah bersiaga.

Di antara barisan para polisi, seorang pria berbaju abu-abu dan bertopi biru lusuh sibuk dengan botol-botol plastik. Dia dengan sabar memisahkan label dari botol kemasan tersebut. "Lumayan, bisa dapat sedikit lebih banyak untuk dijual lagi," kata pemulung bernama Marja yang mengaku berasal dari Cakung Jakarta Timur itu.

Baca Juga

Pria berusia 65 tahun ini mengaku sengaja datang ke sana malam itu. Dia datang karena melihat peluang untuk mengumpulkan sampah plastik yang dapat dijual dan menghasilkan rupiah.

Marja mengungkapkan bisa menjual satu karung besar berisi botol-botol minuman kemasan bekas para polisi maupun massa yang berdatangan ke lokasi tersebut. Satu kilogram botol bekas yang ia berikan ke pengepul dihargai sekitar Rp 3 ribu hingga Rp 4 ribu.

"Kalau sehari-hari pas sepi ya dapatnya cuma sekitar Rp 50 ribu. Mungkin kalau lagi banyak seperti hari ini bisa dapat Rp 100 ribuan," katanya sembari memasukkan beberapa gelas air mineral ke dalam karung besar miliknya.

Tak lama, ia lalu meletakkan karung di atas pundaknya dengan tangan yang sedikit bergetar. Besarnya karung yang dibawa terlihat cukup berat untuk diangkut pria seusianya.

Di sela-sela usahanya menyeimbangkan diri dengan karung putih yang ia coba angkut, Marja lalu bercerita mengenai harapannya pascakericuhan yang sempat terjadi pada Selasa (21/5) dan Rabu (22/5) lalu. "Ya jujur saja saya senang bisa dapat tambahan penghasilan sedikit-sedikit karena ini. Tapi bagaimanapun saya lebih senang kalau tidak ada ribut-ribut lagi," ujarnya.

Persatuan usai Pemilu 2019, lanjut Marja, merupakan hal yang penting dan harus dijaga seluruh warga negara Indonesia. "Ya maksud saya, yang menjaga bukan hanya tugas pak polisi dan TNI saja, saya juga, kita juga," tambahnya.

Tak lama, Marja lalu melangkahkan kakinya perlahan dan bertolak ke pengepul langganannya. Tak lupa ia menyempatkan diri menyapa para polisi yang sedang duduk dan bercengkrama santai di dekatnya. "Pamit dulu pak. Paling nanti saya datang lagi," canda dia disambut tawa dan acungan jempol polisi lainnya.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement