Kamis 23 May 2019 15:08 WIB

Melihat Uniknya Banten pada Momen Seba Baduy dan Golokday

Seba Baduy dan Golokday berakar pada budaya masyarakat Banten di masa lalu.

Rep: Alkhaledi Kurnialam/ Red: Gita Amanda
Provinsi Banten menggelar Seba Baduy dan perhelatan Golokday.
Foto: Dispar Banten
Provinsi Banten menggelar Seba Baduy dan perhelatan Golokday.

REPUBLIKA.CO.ID, SERANG -- Bagi wisatawan yang menyukai wisata budaya, Provinsi Banten menjadi daerah yang sangat cocok untuk dikunjungi. Salah satu momen budaya Banten yang baru ini dilakukan adalah Seba Baduy dan perhelatan Golokday.

Keduanya merupakan momen budaya yang berakar pada budaya masyarakat Banten di masa lalu. Bagi traveler yang melewatkan dua momen tersebut, berikut ulasannya.

Baca Juga

Seba Baduy

Merupakan tradisi 'Urang Kanekes' atau Suku Baduy yang ada di Desa Kanekes, Lebak, Banten. Tradisi ini berupa kunjungan para Suku Baduy ke Kantor Kepala pemerintahan daerah baik desa, camat, Bupati hingga Gubernur, yang bertujuan merapatkan silaturahim antara masyarakat Baduy dengan pemerintah, sekaligus bentuk penghargaan warga Baduy kepada Pemerintah.

Uniknya, prosesi ini dilakukan dengan berjalan bertelanjang kaki ke kantor-kantor kepala daerah tersebut berapapun jauh perjalanannya. Berjalan tanpa alas kaki menurut mereka merupakan bentuk aplikasi dari ajaran hidup yang dianut, yaitu mereka meyakini bahwa hidup harus selaras dengan alam. Sehingga kemana pun mereka pergi, bumi yang dipijak haruslah terasa oleh tapak kaki karena menghalangi kaki dengan tanah diartikan sebagai bentuk kesombongan pada alam.

Pengamat budaya dan juga dosen di Departemen Pendidikan Bahasa Sunda dan Prodi Linguistik Universitas Pendidikan Indonesia (UPI), Chye Retty Isnendes menjelaskan terkait Seba Baduy ini memiliki tiga arti penting, yaitu pertama sebagai puncak dari kegiatan Kawaluh dan ngalaksa, Kedua sebagai tradisi silaturahim kenegaraan dan budaya, Ketiga sebagai tanda syukur Suku Baduy dan penghormatan kepada kepala daerah yang berkuasa dengan memberikan beragam hasil panen dan juga makanan Laksa.

"Seba juga bisa diartikan sebagai komunikasi pokitik antara masyarakat Baduy dengan pemerintah setempat, karena ada penyampaian aspirasi di sana," ucap Retty.

Retty menuturkan bahwa tradisi Seba adalah bagian penting dari kepercayaan masyarakat Baduy. Dirinya menjelaskan, dalam kondisi apapun yang terjadi saat sudah waktu pelaksanaan Seba, maka tradisi ini akan dilakukan oleh Suku Baduy. Bahkan, konon pada jaman peperangan antara Indonesia dengan Belanda dan Jepang dulu, tidak peduli banyak peluru saling berterbangan mengiringi perjalanan, mereka tetap melaksanakan tradisi ini.

Tahun ini gelaran Seba Baduy dilakukan pada 4 hingga 5 Mei. Adapun tanggal pelaksanaan seba tiap tahunnya berubah-ubah disesuaikan dengan cara penanggalan Suku Baduy yang memikiki kalender sendiri karena Seba adalah puncak dari ritual Kawaluh dan ngalaksa.

Suku Baduy sebenarnya memiliki banyak ritual tradisi lain selain Seba Baduy. Banyak hal yang menarik bisa kita temukan di Suku Baduy. Hingga cara hidup mereka sehari-hari saja sudah terkenal banyak dipelajari dan menjadi khazanah budaya nusantara yang pantas ditelaah.

photo
Masyarakat Suku Baduy menghadiri acara Seba Baduy.

Golokday

Golokday adalah event tematik berbasis budaya yang digelar di Cilegon, yang lahir pada 2015 dari inisiatif para kasepuhan pedekar Cilegon. Adapun tujuan gelarannya adalah ajang silaturahim para pendekar di Cilegon yang saat ini sudah diperluas hingga silaturahim pendekar di Nusantara, bahkan mancanegara.

Dari sisi budaya, golok adalah bagian tidak terpisahkan dari kehidupan para pendekar yang dulu memperjuangkan kota Cilegon saat masa penjajahan. Seperti peristiwa Geger Cilegon hingga terbentuknya Kota Cilegon saat ini. Bahkan di setiap kegiatan yang bernuansa budaya para pendekar di Kota Cilegon akan membawa golok karena memang melekat dengan busana pendekar yang dipakai.

Akhirnya, golok sebagai alat ikonik para pendekar di Cilegon, dijadikan sebuah event untuk mengingatkan perjuangan para pendekar dalam melawan penjajah pada tempo lalu.

Pada gelaran tahun ini, Golokday diadakan pada 3 hingga 4 Mei, dengan agenda rutin tahunan yang biasa digelar pada bulan Mei. gelaran tahun ini dilakukan dengan meriah karena dihadiri oleh peserta yang berasal dari para pendekar domestik dan mancanegara. Tepatnya perwakilan pendekar dari sembilan negara berbeda, serta pendekar dari 12 Provinsi dan 28 Kabupaten-Kota di seluruh Indonesia.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement