Selasa 26 Mar 2019 23:36 WIB

Warga Kertosari Jayapura Masih Sulit Akses Air Bersih

Pasokan air bersih yang disuplai belum memadai.

Rep: Umar Mukhtar/ Red: Nashih Nashrullah
Warga di Kampung Kertosari, Desa Sabronsari, Distrik Sentani Barat, Jayapura, Papua. Warga di sini adalah hasil transmigran pada 1960-an.
Foto: Republika/Umar Mukhtar
Warga di Kampung Kertosari, Desa Sabronsari, Distrik Sentani Barat, Jayapura, Papua. Warga di sini adalah hasil transmigran pada 1960-an.

REPUBLIKA.CO.ID,  JAKARTA – Warga Kertosari, Sentani Barat, Jayapura, Papua, masih kesulitan mengakses bersih. 

Sempat diberikan pasokan air bersih melalui mobil tangki dari pemerintah setempat, tapi masih banyak warga yang belum bisa memperolehnya.

Baca Juga

"Kemarin baru datang satu mobil tangki berkapasitas 5.000 liter. Jadi warga menaruh embernya di pinggir-pinggir jalan, kemudian barulah dialiri air itu," kata Kepala Kampung Kertosari Marwan Hasyim kepada Republika.co.id, Selasa (26/3). 

Marwan menuturkan, kiriman air dari mobil tangki tersebut sebetulnya tidak cukup untuk seluruh warga di kampungnya. 

Saat pembagian air bersih kemarin, kata dia, ada warga yang tidak kebagian kiriman air dari mobil tangki tersebut. 

Kebutuhan air bersih di Kampung Kertosari, lanjut Marwan, sangat diperlukan karena penampungan air di dekat permukiman jebol akibat banjir bandang. Air yang dibagikan kemarin itu bahkan tidak cukup untuk se-RT.  

"Masih banyak yang belum dapat. Ada yang kecewa karena enggak kebagian juga, air ini sangat sakral dan prioritas bagi kami,” kata dia. 

Jadi menurut Marwan, akses air bersih yang sama sekali belum bisa normal mengingat debit air masih dengan lumpur an juga akses pipanisasi ini juga banyak yang hancur. 

Saat Republika.co.id mendatangi kampung tersebut pada Ahad lalu, warga di sana memang kesulitan mengakses air bersih. Sejak itulah warga menampung air hujan untuk bisa memenuhi kebutuhan dasar mereka seperti mandi, buang air, dan memasak.  

Banjir bandang itu juga membuat penampungan air di sekitar permukiman jebol. "Air bersih total mati hampir satu pekan ini. Jalur air total mati. Sekarang ini sudah tidak bisa lagi digunakan sehingga harus bikin jalur baru," ucapnya. 

Untuk membuat jalur air yang baru itu dibutuhkan sekitar 64 batang pipa dengan perkiraan jauhnya mencapai 250 meter. Sebab, dia mengakui ada mata air di dekat kampung di dataran tinggi. Kampung ini sendiri berada di kawasan sekitar pegunungan Cyclop.  

Kampung Kertosari terdiri dari 335 keluarga dengan total lebih dari 2.000 jiwa berdasarkan data terakhir 2017. Sebagian merupakan warga asli Papua, dan sebagian lagi warga transmigran asal Pulau Jawa. Mayoritas warga bertani dan berkebun. Generasi pendahulu mereka pertama kali datang ke Papua pada 1960-an. 

Di kampung ini, lanjut Marwan, rumah yang hanyut terbawa arus itu ada tiga unit. Rumah yang jebol ada lima unit akibat kena hempasan banjir bandang. Sedangkan rumah yang terendam ada 21 unit. Ada sekitar 150 orang yang mengungsi ke rumah-rumah saudara mereka di Papua.

 

 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement