Jumat 22 Mar 2019 14:02 WIB

Kepanikan di Penerbangan Lion Air JT-610

Penerbangan PK-LQP Lion Air sebelum JT-610 diselamatkan pilot ketiga.

Rep: Rr Laeny Sulistyawati, Gumanti Awaliyah/ Red: Elba Damhuri
Penemuan CVR Lion Air JT610.  CVR Pesawat Lion Air JT610 tiba di JICT, Jakarta, Senin (14/1/2019).
Foto: Republika/ Wihdan
Penemuan CVR Lion Air JT610. CVR Pesawat Lion Air JT610 tiba di JICT, Jakarta, Senin (14/1/2019).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) menyangkal bocornya rekaman perbincangan di kokpit pesawat Lion Air PK-LPQ dalam penerbangan JT-610 yang jatuh di perairan Karawang, Oktober tahun lalu.

Kendati demikian, pihak KNKT mengiyakan adanya kepanikan di kokpit seperti yang dilansir Reuters dalam berita soal hasil rekaman kotak hitam penerbangan tersebut.

“Yang saya sampaikan adalah mereka bertanya apakah ada kepanikan, saya sampaikan ada kepanikan, tapi saya tidak sampaikan apa yang diteriakkan,” kata Ketua Subkomite Investigasi KNKT Nurcahyo Utomo setelah konferensi pers di Jakarta, Kamis (21/3).

Ia juga menyebutkan, wajar jika pilot membaca buku petunjuk sebelum jatuh seperti yang dilaporkan Reuters.

Nurcahyo menjelaskan, setiap kokpit diisi dua orang pilot, kemudian ketika satu pilot membaca buku panduan pada saat-saat seperti itu maka pilot yang lain mengambil alih kendali pesawat.

"Jadi pilot yang membaca buku tidak akan mengganggu karena sudah jelas pembagian tugas pilot yang menerbangkan pesawat dengan pilot yang membaca. Sudah ada prosedurnya," kata Nurcahyo.

Sebelumnya, Reuters melansir laporan yang mereka himpun dari sejumlah sumber yang mengklaim, telah mendengarkan rekaman kotak hitam cockpit voice recorder (CVR) penerbangan JT-610.

Pilot dan kopilot dikabarkan panik sebelum pesawat jatuh, membuka-buka buku panduan, dan kebingungan mengapa pesawat yang mereka kemudikan tiba-tiba menukik.

Dilansir Reuters pada Kamis (21/3), penyelidik yang memeriksa kecelakaan itu menuturkan, pilot utama pesawat itu kehilangan kendali pesawat tak lama selepas pesawat tinggal landas dari Bandara Soekarno-Hatta.

Dua menit penerbangan, kopilot kemudian melaporkan persoalan kendali penerbangan tersebut kepada menara air traffic control (ATC) di bandara.

Kopilot juga menyatakan, pilot perupaya mempertahankan ketinggian pesawat pada 5.000 kaki. Kopilot itu tak memerinci masalah yang menyebabkan persoalan kendali itu pada ATC.

Kendati demikian, menurut sumber lain yang dikutip Reuters, indikator menunjukkan masalah pada layar kapten pesawat, tapi tidak pada layar kopilot. Hal tersebut sebelumnya juga telah dikonfirmasi KNKT.

Selama sembilan menit kemudian, sistem pesawat memperingatkan pilot bahwa pesawat kehilangan daya angkat (stall), kemudian secara otomatis menukikkan hidung pesawat.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement