REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- Calon Presiden No Urut 1, Joko Widodo (Jokowi) meminta para intelektual Bandung tak terpecah akibat berita hoaks dan berita fitnah yang disebar dengan cara-cara tak beretika.
Hal tersebut, disampaikan Jokowi pada acara Deklarasi dukungan Alumni SMA dan perguruan tinggi se-Bandung Raya untuk pasangan Joko Widodo-Maruf Amin dalam Pemilu Presiden 2019. Deklarasi bertema, 'Kebangkitan Kaum Intelektual, Dukung Indonesia Maju' di Monumen Perjuangan, Bandung, Ahad (10/3).
Menurut Jokowi, negara ini harus berintelektual. Sehingga, harus berani mengatakan yang benar itu benar dan yang salah itu salah. Jangan sampai, masyarakat diberikan edukasi yang tak benar.
"Hoaks itu disebar dari rumah ke rumah atau door to door, pintu ke pintu. Ini bahaya buat negara kita. Harus berani kita lawan," ujar Jokowi kepada ribuan alumni perguruan tinggi se Jabar.
Jokowi mengatakan, coba saja lihat isu yang dikelola. Salah satu yang sering diembuskan adalah terkait kriminalisasi ulama. Padahal, Indonesia adalah negara hukum. Jadi, ada bupati yang masuk penjara, gubernur masuk penjara dan DPRD yang masuk ke penjara banyak.
"Kalau salah ya ini negara hukum. Semua diproses secara hukum. Jadi, jangan sampai ada isu kriminalisasi ulama," katanya.
Jokowi mengatakan, sebagai intelektual harus melawan isu hoaks tersebut. Intelektual harus menyampaikan logikanya.
Jokowi menyontohkan hoaks kalau ia menang maka adzan akan dilarang.Kemudian pendidikan agama disebut akan dihapuskan. "Ini kan logikanya gak masuk. Tapi banyak yang lebih percaya, kalau kita diam dan tak ngelawan," katanya.
Hoaks lainnya, kata dia, adalah Jokowi antek asing. Padahal, sejak Desember 2018, pemerintahannya berhasil memegang saham freeport 52 persen. Jadi, itu jelas ia mengambil dari asing tapi malah dinilai sebagai antek asing.
"Dipikir mudah dan gampang (mengambil saham Freeport, red). Kalau mudah sudah sejak dulu mungkin. Saya dulu diam soal pengambil-alihan itu tapi karena dituduh antek asing saya jawab sekarang," paparnya.
Jokowi mengaku, sangat senang dengan Kota Bandung dan Jabar karena memang penuh intelektual. Di antaranya, Presiden Soekarno pernah kuliah di Bandung, Habibie kuliah di Bandung dan Megawati juga.
"Saya meyakini dengan optimisme bukan pesimisme bisa membawa Indonesia maju. Jadi jangan sampai ada yang pesimisime. Jangan sampai ada yang teriak pasal 33," katanya.
Jokowi pun berharap, jangan sampai ada yang teriak satu persen menguasai 90 persen aset. Tapi, ia sendiri memiliki lahan yang luasnya lima kali lahan Jakarta. "Memang, pembelian lahan itu legal-legal saja gak ada masalah. Tapi lahan itu harus produktif bisa memberikan manfaat ke negara dan rakyat," katanya.