Kamis 21 Feb 2019 17:47 WIB

Kubu Jokowi Harap Munajat 212 tak Jadi Tunggangan Politik

Munajat 212 digelar malam ini di Lapangan Monas, Jakarta.

Rep: Rizkyan Adiyudha/ Red: Andri Saubani
Senandung Sholawat dan Dzikir 212. Warga mulai menempati lapangan Monumen Nasional, Jakarta untuk mengikuti acara Senandung Sholawat dan Dzikir Nasional, serta Do’a untuk Keselamatan Bangsa yang bertemakan malam munajat mengetuk pintu langit untuk keselamatan agama, bangsa dan negara, yang diselenggarakan MUI Provinsi DKI Jakarta. Kamis (21/2).
Foto: Republika/Dea Alvi Soraya
Senandung Sholawat dan Dzikir 212. Warga mulai menempati lapangan Monumen Nasional, Jakarta untuk mengikuti acara Senandung Sholawat dan Dzikir Nasional, serta Do’a untuk Keselamatan Bangsa yang bertemakan malam munajat mengetuk pintu langit untuk keselamatan agama, bangsa dan negara, yang diselenggarakan MUI Provinsi DKI Jakarta. Kamis (21/2).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Tim pemenangan kubu Joko Widodo-Ma'ruf Amin berharap agar kegiatan Munajat 212 tidak menjadi tunggangan politik kubu mana pun. Tim sukses pasangan calon (paslon) nomor urut 01 mengaku tidak keberatan dengan kegiatan yang dilangsungkan di Monas, Kamis (21/2).

"Jangan dipakai karena nanti lucu kalau acara keagamaan dimanfaatkan untuk politik," kata Juru Bicara Tim Kampanye Nasional Koalisi Indoneaia Kerja (TKN KIK) Arya Sinulingga di posko Cemara, Jakarta Pusat.

Menurut Arya, Munajat 212 sah-sah saja dilakukan di wilayah umum asalkan memiliki izin dari otoritas terkait. Politisi partai Perindo ini bahkan meminta peserta Munajat 212 untuk berdoa dengan baik.

Acara doa bersama bertajuk 'Munajat 212 Mengetuk Pintu Langit Doa Bersama untuk Keselamatan Bangsa dan Agama' akan digelar di Lapangan Monas, Jakarta. Ketua Umum Persaudaraan Alumni (PA) 212 Slamet Maarif mengatakan, acara tersebut digelar untuk mendoakan kesuksesan Pemilu 2019.

Slamet menjelaskan, kegiatan doa bersama tersebut diselenggarakan oleh Majelis Ulama Indonesia (MUI) DKI Jakarta dan Lembaga Dakwah Front. Sedangkan, PA 212  dan Gerakan Nasional Pengawal Fatwa (GNPF) Ulama hanyalah sebagai dewan pengarah.

Dalam kesempatan itu, Slamet  sekaligus membantah jika acara doa bersama tersebut ada kaitannya dengan kegiatan politik. Menurutnya, lumrah jika dikatakan jika kegiatan tersebut dikatakan bermuatan politis.

"Yang penting isi dari acara itu adalah niatan kita untuk mengetuk pintu langit munajat kepada allah untuk keselamatan bangsa dan negara kita," tuturnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement