Sabtu 09 Feb 2019 16:01 WIB

Akun Abu Janda Masuk Perilaku tak Otentik Terkoordinasi

Facebook menyatakan semua yang dihapus tertaut dengan Grup Saracen di Indonesia.

Permadi Arya alias Abu Janda
Foto: Screenshoot Youtube
Permadi Arya alias Abu Janda

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Akhir bulan lalu, Facebook menghapus ratusan akun, grup, dan halaman yang dinilai terlibat kategori perilaku tidak otentik yang terkoordinasi di Indonesia. Facebook menyatakan semua akun, halaman, dan grup yang dihapus tertaut dengan Grup Saracen di Indonesia.

Seperti dilansir di laman Newsroom.fb.com, Kepala Kebijakan Keamanan Siber Facebook, Nathaniel Gleicher mengumumkan Facebook menghapus 207 halaman, 800 akun, 546 grup di situs sosial media itu. Facebook menyatakan akun, grup dan halaman itu terlibat dalam perilaku tidak otentik yang terkoordinasi di Facebook di Indonesia. Artinya, akun, grup, dan halaman tersebut disebut menyesatkan orang lain tentang sosok atau aktivitas di sosial media Facebook.

“Semua halaman, akun, dan grup ini ditautkan ke grup Saracen, sindikat daring di Indonesia,” kata Gleicher.

Facebok menyebut sejumlah akun, grup, dan halaman yang dihapus, seperti, Permadi Arya (halaman), Kata Warga (halaman), Daeknet ID (halaman), Berita Hari Ini (grup), AC Milan Indo (grup). Gleicher mengatakan Facebook mencatat halaman, grup, dan akun itu berdasarkan perilaku di sosial media, bukan konten posting atau unggahan.

“Dalam hal ini, orang-orang di belakang kegiatan ini berkoordinasi satu sama lain, dan menggunakan akun palsu untuk merepresentasikan diri mereka sendiri, dan itu adalah dasar dari tindakan kami,” ujar Gleicher.

Dia menegaskan Facebook terus berupaya mendeteksi dan menghentikan jenis aktivitas itu. Sebab, Facebook tidak ingin layanannya digunakan untuk memanipulatif orang lain. Dia mengatakan pengumuman penghapusan itu merupakan salah satu langkah yang Facebook lakukan untuk mencegah penyalahgunaan platform situs itu.

“Kami akan terus berinvestasi dalam keselamatan dan kemanan, memastikan bahwa orang dapat terus mempercayai koneksi yang mereka buat di Facebook,” kata Gleicher.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement