Kamis 31 Jan 2019 12:30 WIB

Peninggalan Gempa Lombok Berpotensi Jadi Destinasi Wisata

Edukasi mitigasi bencana bisa dilakukan dengan memanfaatkan sisa peninggalan bencana.

Rep: Muhammad Nursyamsyi/ Red: Gita Amanda
Foto aerial Masjid yang rusak parah akibat gempa di Desa Trengilut, Senaru, Lombok Utara, NTB, Rabu (1/8). Sejumlah rumah ibadah tidak dapat digunakan karena mengalami kerusakan akibat gempa bumi.
Foto aerial Masjid yang rusak parah akibat gempa di Desa Trengilut, Senaru, Lombok Utara, NTB, Rabu (1/8). Sejumlah rumah ibadah tidak dapat digunakan karena mengalami kerusakan akibat gempa bumi.

REPUBLIKA.CO.ID, MATARAM -- Edukasi tentang bencana sudah menjadi keharusan mengingat Indonesia merupakan salah satu negara yang banyak memiliki pulau dan gunung berapi aktif. Salah satu upaya edukasi mitigasi bencana bisa dilakukan dengan memanfaatkan sisa peninggalan bencana sebagai objek destinasi wisata.

Lombok yang sempat dilanda gempa pada tahun lalu, dipandang perlu mengabadikan sisa peninggalan gempa. Ini untuk pengingat dan sarana efektif dalam mitigasi bencana serta mendorong perekonomian masyarakat sekitar dengan menjadikan sebagai destinasi wisata.

Hal ini dikatakan Direktur Perkumpulan Skala, Trinirmalaningrum, usai bertemu Wakil Gubernur NTB Sitti Rohmi Djalilah di kantor Pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Barat (Pemprov NTB), pada Rabu (30/1) kemarin. Trinirmalaningrum mengatakan, Skala bersama PT HM Sampoerna Tbk (Sampoerna) telah melaksanakan program pengembangan pemulihan pascagempa dengan kegiatan pemberian tenda untuk

Kelompok Masyarakat Sadar Bencana, pembangunan fasilitas sanitasi air, fasilitas umum untuk kegiatan pemerintahan desa, fasilitas sosial untuk kegiatan pendidikan dan ekonomi masyarakat, serta pembentukan kelompok-kelompok siaga bencana di desa-desa.

Program pemulihan pascabencana yang bertema "Program Lombok Build Back Better" berlangsung sejak Oktober 2018 sampai Januari 2019 ini bertujuan untuk menjawab beberapa kebutuhan yang dihadapi oleh desa-desa yang terdampak gempa pada bulan Juli lalu. Juga untuk membangkitkan lagi semangat warga dan mempersiapkan kegiatan perekonomian warga ke depannya.

Program pemulihan pascabencana ini dilaksanakan di empat desa terdampak gempa yaitu Desa Obel-Obel dan Sembalun Bumbung di Lombok Timur, Sandik di Lombok Barat, dan Selengen di Lombok Timur. Dalam kegiatan tersebut, Skala melihat Selengen memiliki potensi untuk dikembangkan sebagai destinasi wisata baru di Lombok.

"Rencananya kita ingin mengembangkan (destinasi wisata Selengen)," ujar Trinirmalaningrum.

Ia menyebutkan, di Selengen terdapat surface rupture atau patahan permukaan tanah akibat gempa yang bisa menjadi destinasi wisata baru di Lombok. Skala sebelumnya telah mengembangkan terdapat surface rupture di Palu yang terbukti mampu mendatangkan cukup banyak wisatawan.

"Pengalaman di Palu ternyata surface rupture bisa jadi destinasi wisata, di Palu sudah mulai jalan dan banyak yang datang, dalam sebulan kita sudah empat kali bawa turis, satu grup sampai 20 orang," kata dia.

Dia berharap Lombok memiliki hal serupa sebagai sarana edukasi tentang mitigasi bencana dan juga mendorong perekonomian masyarakat sekitar. Wisatawan, kata dia, selain belajar tentang peninggalan bencana juga bisa menikmati sajian kuliner yang dijajakan masyarakat sekitar.

"Surface rupture di Selengen cukup bagus dan besar, kelihatan sekali pergerakan tanahnya, mudah-mudahan jangan diuruk karena jejak sejarah gempa bagi generasi mendatang," ucapnya.

Skala, lanjut dia, akan bekerja sama dengan Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI) dan juga Pemprov NTB dalam pengembangan Selengen sebagai wisata edukasi gempa. Wagub NTB Sitti Rohmi Djalilah, dia katakan, mendukung rencana tersebut agar peninggalan sejarah gempa menjadi bagian dari edukasi kepada masyarakat dan wisatawan.

"Ibu Wagub mendukung dan ingin itu juga bisa jadi bagian pendidikan bencana kepada masyarakat dan wisatawan yang datang ke Lombok," katanya menambahkan.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement