REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Dari total 192,8 juta pemilih yang terdaftar dalam Daftar Pemilih Tetap (DPT), lebih dari separuhnya merupakan pemilih perempuan. Hal itu, dinilai sebagai aspek strategis mendulang suara untuk pilpres, April mendatang.
Hasil survei Y Publica menyebutkan, sebanyak 30,6 persen responden perempuan menginginkan partai politik yang melakukan pemberdayaan di bidang ekonomi. Kemudian, sebanyak 25,8 persen responden menginginkan partai politik menanggapi kekerasan terhadap perempuan. Lalu, sebanyak 18,3 perden responden mendukunf partisipasi perempuan dalam kancah politik.
"Selanjutnya, ada 14,5 persen responden menginginkan agar Parpol fokus dalam isu pernikahan dini. Sementara sekitar 10,8 persen sisanya mengaspirasikan isu lain," kata Direktur Y Publica, Rudi Hartono di Menteng, Senin (14/1).
Ia juga melakukan survei terhadap persepsi perempuan terkait partai yang pro-perempuan. Hasilnya, sebanyak 30,7 persen responden menganggap partai yang memiliki program khusus perempuan sebagai partai pro-perempuan.
"Sebanyak 18,5 persen responden melihat sosok perempuan sebagai ketua partai sebagai bentuk peduli perempuan. Kemudian 17,2 persen responden melihat partai yang aktif melakukan advokasi isu tentang perempuan," ujar dia.
Lebih lanjut, sebanyak 15,4 persen responden mengidentifikasi partai dengan anggota perempuan yang banyak sebagai partai pro-perempuan. Sedangkan 7,9 persen responden melihat kehadiran organisasi sayap partainya.
"Dari segi partai pro-perempuan. Di posisi teratas ada PDIP dengan 26,2 persen. Disusul Gerindra dengan 16,2 persen, Golkar 8,5 persen, Demokrat 4,5 persen dan PSI 4,0 persen," katanya.