Rabu 09 Jan 2019 23:53 WIB

LSI: Masalah Internal Partai Pengaruhi Pemilihan Legislatif

Masalah partai yang berlarut-larut akan sulit dapat dukungan masyarakat

Rep: Mabruroh/ Red: Ichsan Emrald Alamsyah
Peneliti LSI Ardian Sopa saat menyampaikan survei Pertarungan Pilpres di Media Sosial, di Jakarta, Rabu (4/9).
Foto: Republika/Bayu Adji P
Peneliti LSI Ardian Sopa saat menyampaikan survei Pertarungan Pilpres di Media Sosial, di Jakarta, Rabu (4/9).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Peneliti Lingkar Survei Indonesia (LSI) Denny JA, Ardian Sopa mengatakan masalah internal partai dapat mempengaruhi hasil pemilu legislatif. Ada beberapa faktor menurutnya, salah satunya faktor dari pemilih sendiri.

“Tentu (berpengaruh) salah satunya pemilih sendiri, faktor yang dilihat oleh pemilih konsisten,” ujarnya dalam sambungan telepon kepada Republika.co.id, Rabu (9/1).

Ia menjelaskan, konsisten dalam artian apa yang sedang diperjuangkan oleh partai tersebut. Kemudian siapa tokoh pilihan partai. 

“Jangan sampai tokoh pilihan yang dia pilih apalagi ini Pilpres berbeda dengan suara di masyarakat karena itu akan menimbulkan ketidak percayaan pemilih kepada partai tersebut,” jelas dia.

Karena sambungnya, masalah di internal yang tidak satu suara ini yang sering kali berbahaya. Apalagi jika tidak satu suara ini ada pada pemimpin-pimpinan partai.

“Tapi kalau (pimpinan) satu suara kemudian dianggap pemilih konsisten ya tinggal didongkrak dengan hal lain, jadi selesaikan dulu masalah internal baru bisa berkibar,” ucapnya.

Jangan sampai sambung Ardian, masalah internal partai ini berlarut-larut. Sehingga akan sulit untuk mencapai dukungan masyarakat karena justru sibuk dengan masalah internal partai sendiri.

“Secara umum pun ketika ada maslah internal ini akan susah untuk mendapatkan dukungan. Sama seperti Hanura dulu dan efeknya sampai sekarang,” kata dia.

Begitu pula dengan Partai Amanat Nasional yang berdasarkan survei LSI masih 1,8 persen lebih kecil dibandingkan partai Islam lain. Ditambah figur Amien Rais yang sudah mulai memudar.

Menurutnya, PAN butuh sesuatu untuk mendongkrak suara di masyarakat karena tidak bisa selamanya mengandalkan ketokohan Amien Rais. Karena ketua umum partainya sekarang pun, Dzulkifli Hasan suaranya masih dibawah 50 persen di masyarakat.   

Untuk mendongkrak suara PAN ini ujarnya, ada tiga cara. Yakni harus miliki figur partai yang berkarisma kuat, memiliki gagasan partai yang dahsyat, ada terakhir mampu membangun sistem yang kuat.

“Kita masyarakat awam tidak tahu apa sebenarnya yang diperjuangkan oleh PAN, gagasan besar apa yang diperjuangkan PKS juga. Sehingga bila berdasarkan figur dan gagasan ini minim, ini akan susah untuk menaikkan. PAN kedepan adalah bagaimana menciptakan figur yang kuat, ciptakan gagasan yang dahsyat sesuai dengan harapan publik atau yang ketiga bangun sistem,” jelasnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement