Kamis 27 Dec 2018 18:24 WIB

Warga: Tak Ada Dentuman Anak Krakatau Saat Tsunami

GAK hanya mengeluarkan lava pijar yang nampak indah dan dapat dilihat oleh warga.

Seorang lelaki sedang berswafoto setelah membersihkan reruntuhan bencana tsunami di Desa Way Muli, Rajabasa, Kabupaten Lampung Selatan
Foto: Republika/Mursalin Yasland
Seorang lelaki sedang berswafoto setelah membersihkan reruntuhan bencana tsunami di Desa Way Muli, Rajabasa, Kabupaten Lampung Selatan

REPUBLIKA.CO.ID, BANDAR LAMPUNG -- Warga korban tsunami Selat Sunda mengatakan Gunung Anak Krakatau (GAK) justru tidak mengeluarkan suara dentuman seperti biasanya saat kejadian tsunami pada Sabtu (22/12) malam. Warga korban tsunami itu selamat dan kini harus mengungsi dari Desa Way Muli dan Kunjir, Kecamatan Rajabasa, Kabupaten Lampung Selatan.

Menurut beberapa warga di pengungsian yang berada di atas perbukitan di wilayah tersebut, Kamis (28/12), GAK memang sebelumnya selalu mengeluarkan suara dentuman atau gemuruh yang dapat didengar warga sekitar pesisir. Bahkan, di wilayah mereka mengakibatkan kaca-kaca di rumah juga bergetar.

Namun saat terjadi tsunami Sabtu malam, GAK tidak mengeluarkan suara gemuruh lagi. Sebagian warga juga masih dalam kondisi terjaga di rumahnya ketika tsunami datang.

"Angin dari hempasan ombak di laut sangat kencang terasa," kata Rowiyah, salah satu warga itu. Ia menjelaskan malam itu, GAK hanya mengeluarkan lava pijar yang justru nampak indah dan dapat dilihat oleh warga sekitar pesisir pantai sekitarnya.

Enyak, salah seorang pengungsi lainnya, mengatakan ketika lava pijar itu keluar tidak ada yang menduga bahwa akan berefek pada peristiwa tsunami yang kemudian mereka alami. Pada malam kejadian itu pun kebanyakan warga sekitar sedang bersantai di rumah dan pondok-pondok pinggir laut menikmati malam seperti biasanya.

"Ketika GAK mengeluarkan lava banyak warga di luar malah ada yang berselfie, karena pemandangannya memang indah," tambahnya.

Gelombang tsunami yang menerpa pesisir Selat Sunda termasuk di Kabupaten Lampung Selatan ini, mengakibatkan ratusan jiwa tewas, banyak korban terluka, dan banyak pula rumah, kapal nelayan, dan fasilitas publik rusak maupun hancur. Menurut pihak berwenang, tsunami itu antara lain dipicu erupsi GAK, sehingga menimbulkan longsoran material ke laut di sekitanya yang memicu gelombang tinggi hingga menerpa kawasan pesisir di Selat Sunda, di Provinsi Lampung dan Banten.

 

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement