REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Presiden Joko Widodo dan Wakil Presiden Jusuf Kalla dijadwalkan akan menghadiri Dhaup Ageng (Pernikahan Agung), putra dalem Paku Alam X, BPH Kusumo Bimantoro dengan Maya Lakshita Noorya, pada 5 Januari 2019.
"Bapak Presiden dan Wapres nanti akan jadi tamu kehormatan di acara resepsi tanggal 5 Januari. Bersama tamu VIP lainnya, seperti menteri dan perwakilan duta besar negara sahabat," ungkap Ketua Umum Panitia Dhaup Ageng, KPH Indrokusumo, di Yogyakarta, Rabu (19/12).
Kehadiran Presiden dan Wapres selain untuk memberikan doa restu kepada kedua mempelai, juga sebagai bentuk penghormatan kepada Kepala Negara. Sejumlah menteri juga dijadwalkan akan hadir juga perwakilan dari negara-negara sahabat.
"Seperti tradisi Dhaup Ageng sebelumnya, kami juga mengundang raja-raja se-Jawa, yakni Surakarta dan Cirebon," ujar Kanjeng Indro dalam siaran pers yang diterima, Kamis (20/12),
Untuk menyambut tamu kehormatan saat acara resepsi, kata dia, pihak panitia telah mempersiapkan beragam kesenian khas Pura, yakni Tari Bedoyo Manten dan Lawuh Alit. Sedangkan untuk arara pahargyan pada 6 Januari 2019 akan diisi dengan tarian golek. Suguhan tarian tersebut merupakan rekonstruksi dari apa yang ada di buku perpustakaan.
"Untuk pengamanan pada tanggal 5, kami juga perketat dan bekerja sama dengan Paspamres (Pasukan Pengamanan Presiden), di antaranya dengan pemasangan metal detector," lanjutnya.
Bagi warga Yogyakarta yang ingin menyaksikan prosesi Dhaup Ageng, panitia juga akan menyediakan layar lebar di Alun-Alun Sewandanan.
Sri Paduka Paku Alam X atau dikenal sebagai Wakil Gubernur DIY akan menikahkan putra pertamanya, BPH Kusumo Bimantoro, dengan seorang dokter, Maya Lakshita Noorya. Prosesi pernikahan agung kerajaan atau dikenal dengan istilah Dhaup Ageng ini akan dihelat mulai 3 hingga 6 Januari 2019 di Kagungan Dalem Pura Pakualaman, Yogyakarta.
Pernikahan Dhaup Ageng ini kembali digelar setelah sebelumnya putra ketiga Paku Alam ke IX menikah pada 2004 silam. Tak jauh berbeda dengan perayaan sebelumnya, prosesi tetap diisi dengan serangkaian kegiatan inti yang meliputi nyengkar atau pingitan pengantin putri di Kepatihan, acara siraman putra dan putri, midodareni atau nyantri, tantingan, ijab, panggih, hingga acara resepsi atau pahargyan.
"Tata caranya sama, hanya saja kali ini ada variasi untuk pola duduk tamu, zaman dulu di bangsal lenggah siro, sekarang pakai kursi. Dulu tatanan bangsal di tingkat atas, sekarang kita campur tujuannya memberikan doa restu kepada mempelai," ungkap Kanjeng Indro.
Ia menuturkan, sebelum acara inti, terlebih dahulu akan diisi dengan rangkaian acara pembukaan yang diawali dengan bucalan yakni penempatan sesaji di beberapa tempat di lingkungan Pura Pakualaman. Acara berlanjut dengan wilujengan yakni berdoa bersama oleh segenap panitia untuk meminta kelancaran kepada Sang Pencipta dan mengunjungi makam leluhur (nyekar) oleh calon pengantin pria dan keluarga Paku Alam X.
"Memasuki acara inti akan ada majang yakni menata rangkaian hiasan di Pura Pakualaman seperti janur kuning. Lalu, dilanjutkan dengan pasang tarup pelaminan hingga tenda mini IGD (tenda kesehatan)," lanjutnya.
Kanjeng Indro menambahkan, saat ini pihaknya telah mencapai 80% dalam mempersiapkan segala hal sejak Agustus lalu, baik internal maupun eksternal. Untuk menyambut para tamu yang akan diperkirakan mencapai 2.000 orang, dilakukan pula pembersihan dan pengecatan di setiap sudut bangunan dan bangsal di Pura Pakualaman.
"Demi kelancaran acara panitia juga mengadakan gladi resik sebelum hari H, mulai dari acara di Kepatihan, acara iring-iringan prajurit dari masjid ke bangsal Sewotomo hingga tari-tarian dan para pemusik," imbuh Kanjeng Indro.