Sabtu 15 Dec 2018 00:11 WIB

Cerita Rumah Warga Ciracas Ikut Jadi Sasaran Amuk Massa

Kantor Polsek Ciracas diserang sekelompok massa pada Selasa (11/12) malam.

Petugas kebersihan mengangkut barang sisa perusakan dan pembakaran di Polsek Ciracas, Jakarta, Rabu (12/12/2018).
Foto: Antara/Putra Haryo Kurniawan
Petugas kebersihan mengangkut barang sisa perusakan dan pembakaran di Polsek Ciracas, Jakarta, Rabu (12/12/2018).

REPUBLIKA.CO.ID, oleh Rahma Sulistya

Keterkaitan antara kasus penganiayaan seorang anggota TNI AL Kapten Komaruddin dan penyerangan Polsek Ciracas oleh ratusan massa, masih didalami kepolisian bersama dengan TNI. Polsek Ciracas yang sempat porak poranda karena dihancurkan massa, bahkan hingga dibakar, kini sudah kembali normal melayani masyarakat dan semua yang rusak perlahan diperbaiki dengan anggaran dari Polri.

Namun, kemarahan ratusan massa itu, berefek juga pada sejumlah properti warga yang dianggap terlibat dan bertanggung jawab atas kasus penganiayaan Kapten Komaruddin. Begitu juga pada warga yang mencoba merekam kejadian tersebut, juga harus menerima ganjaran entah itu mobilnya dirusak, hingga handphone-nya diinjak hingga rusak.

Salah satu korban pengerusakkan juga datang dari salah satu juru parkir yang dianggap ikut mengeroyok sang kapten, adalah rumah orang tua dari Iwan Hutapea. Di rumah itu, hanya tinggal seorang kakek tua yang juga ayah kandung Iwan, bernama Oloan Hutapea (63) bersama sang istri Surta Hutahean (60), walaupun saat pengrusakkan terjadi, Surta sedang tidak di rumah itu.

Amukan massa rupanya mengarah ke rumah, di mana Iwan terbilang hampir tidak pernah pulang ke rumah itu. Rumah itu merupakan sasaran meleset dari segerombol massa, Oloan dan Surta adalah korban pengrusakkan rumah secara membabi buta, seluruh perabotnya rusak bahkan atap rumahnya pun rusak.

“Dua kulkas, satu rice cooker, satu televisi, satu blender, satu motor, dua etalase, satu freezer minuman, dua lemari, itu semua rusak, tak bisa dipakai lagi. Waktu itu saya masih dalam keadaan trauma saat ditanya berapa jumlah kerugian, sehingga saya menyebutnya asal,” ujar Surta saat ditemui Republika di rumahnya Jalan H Bain RT 05/06, Kelapa Dua Wetan, Ciracas, Jakarta Timur, Jumat (14/12).

Ia ditemani Ketua RT 05/06, telah melaporkan kejadian pengerusakkan rumahnya itu kepada Polres Metro Jakarta Timur, dan menyebutkan jumlah kerugian dalam keadaan masih trauma serta belum sempat menghitung semua kerugian. Setelah usai kejadian sembari merapihkan rumahnya, ia baru bisa menghitung sejumlah kerugian yang diperkirakan bisa mencapai hingga lebih dari Rp 50 juta.

Tidak mau disebut mengambil kesempatan dalam sebuah kejadian, Surta mempersilakan pihak-pihak yang memang bertanggung jawab atas kejadian ini, untuk menghitung sendiri jumlah kerugian materi yang dialaminya. Karena sejak kejadian itu, warung kelontong yang ada di depan rumahnya sebagai penyambung hidup, harus terhenti penjualannya lantaran masih dalam kondisi belum normal.

“Kalau saya sebenarnya yang penting warug saya bisa kembali normal dulu. Karena sejak kejadian itu, saya belum mulai jualan lagi, dan mungkin warga yang melihat warung saya berpikir warung saya belum normal jadi tidak mau belanja dulu,” kata Surta.

Kondisi rumah Oloan dan Surta memang sudah jauh lebih rapi jika dibandingkan pada kejadian malam itu, karena saat itu semua hancur, besi dan kayu yang dipakai untuk merusak rumah mereka, masih tercecer di sekitar rumahnya. Mereka perlahan merapikan kembali rumahnya, mencoba mencari-cari barang apa saja yang masih digunakan.

Pantauan Republika saat masuk ke dalam rumah Oloan dan Surta, dua etalase dan freezer minuman memang tampah pecah kacanya dan tidak bisa digunakan lagi. Dua kulkas, satu televisi, satu blender, dan satu rice cooker juga sudah tidak berfungsi. Meja rias di kamar dan meja televisi juga nampak pecah kacanya, bahkan pecahan kaca masih ada yang tercecer. Pecahan piring-piring dan gelas-gelas yang jumlahnya mungkin mencapai puluhan, juga masih terlihat.

Oloan mengaku, segerombol massa yang datang ke rumahnya itu, juga menginjak-injak atap rumahnya hingga sempat hancur dan rumahnya harus kebocoran setiap hujan. “Sebelumnya ya tidak bocor itu rumah saya, pas habis kejadian itu besoknya hujan, itu bocor. Kalau bisa diganti rugi agar seperti semula lagi, saya bersyukur sekali,” kata dia.

Jika melihat posisi Oloan dan Surta yang juga sebagai korban pengerusakan, serta berasal dari keluarga kurang mampu, seharusnya pemerintah bisa melakukan sejumlah upaya agar kondisi rumah dan perabotan mereka kembali seperti semula. Namun terkait ini, Camat Ciracas, Musa Safrudin, mengungkapkan belum bisa langsung mengganti kerugian rumah jika belum dilakukan pengecekan secara menyeluruh.

“Harus dicek dulu dan koordinasi dengan pihak-pihak yang terkait dengan kejadian tersebut,” kata Musa saat dihubungi Republika.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement