Rabu 12 Dec 2018 16:32 WIB

Menteri Puan Targetkan Milenial Sebagai Pengonsumi Jamu

Sosialisasi perlu menggunakan konsep modern sesuai kemajuan zaman agar tak lagi kaku.

Rep: Rizky Suryarandika/ Red: Andi Nur Aminah
Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Menko PMK), Puan Maharani
Foto: Antara/Mohammad Ayudha
Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Menko PMK), Puan Maharani

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri Pembangunan Manusia dan kebudayaan (PMK), Puan Maharani meminta sosialisi jamu digencarakam agar dikenal oleh kalangan generasi milenial. Ia ingin sosialisasi menggunakan konsep modern sesuai kemajuan zaman agar tak lagi kaku.

Puan menekankan Kementerian PMK berupaya mendorong pelestarian jamu sekaligus budaya minum jamu. Menurutnya, selama ini budaya tersebut makin tergerus kemajuan zaman. Apalagi minum jamu seakan diberi cap sebagai budaya tak kekinian.

Padahal jamu mengandung ragam manfaat bagi kesehatan tubuh. "Anak-muda muda sudah jarang minun jamu. Mereka enggak tahu jamu itu apa. Cara sosialisasinya perlu beda, enggak bisa dipaksa minum jamu. Harus ada gaya sosialisasi ala milenial. Dari industri jamu ini yang harus inovatif," katanya pada wartawan usai menghadiri kegiatan pengenalan produk jamu di gedung Smesco pada Rabu (12/12).

Ia menyebut salah satu tuntutan terhadap bisnis jamu ialah unsur higienis. Selama ini, kata dia, penjual jamu khususnya yang berada di pasar kurang memperhatikannya. Sehingga ada calon pembeli yang malah mengurungkan niat membeli jamu.

Selain itu, ia merasa penjual jamu perlu membuat kemasan produk yang menarik generasi muda. "Harus yakini aman diminum, kemasannya untuk mereka tidak repot seperti zaman dulu. Mudah dibawa kemasannya. Itu cara kenalkan jamu ke anak muda," ujarnya.

Ia mengingatkan penjual jamu perlu mengklasifikasikan jamu. Sehingga calon peminum jamu mudah mengenal jenis-jenis jamu. "Jamu banyak jenisnya. Harus tahu mana jamu awalan untuk perkenalan ke mereka yang belum pernah minum jamu. Jangan dikasih yang pahit banget," ujarnya.

Di sisi lain, ia mengakui adanya penyalahgunaan produk jamu oleh produsen nakal. Jamu yang awalnya berkhasiat malah berubah jadi petaka bagi peminumnya ketika tak dibuat berdasarkan standar kesehatan. Ia mendorong produsen jamu dan BPOM agar mengikuti standar Cara Pembuatan Obat Tradisional yang Baik (CPOTB). Walau belum maksimal, ia optimis akan semakin banyak produsen jamu bersertifikat.

"Ada toko yang salahgunakan obat tradisional, jamu dengan zat-zat kimia terlarang sehingga tidak sehat ini dilarang. Tapi dengan CPOTB ini perlahan buat ramuan jamu yang tersertifkasi," ujarnya. 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement