REPUBLIKA.CO.ID, BANYUMAS -- Musim hujan menyebabkan risiko kecelakaan kerja yang dihadapi penderes nira pohon kelapa di Banyumas menjadi semakin tinggi. Sejumlah penderes nira di Banyumas diketahui meninggal dunia setelah jatuh dari pohon kelapa.
''Hal ini karena pada musim hujan batang pohon kelapa menjadi licin. Apalagi, hampir seluruh penderes memanjat pohon tidak menggunakan alat bantu,'' kata Koordinator Tagana Banyumas, Ady Candra, Rabu (28/11).
Seperti yang terjadi Rabu (28/11), seorang penderes warga Desa Babakan Kecamatan Karanglewas, Sobar (68 tahun), terjatuh saat menderes nira kelapa. Akibat kecelakaan itu, korban langsung meninggal dunia.
''Korban ditemukan anaknya, Wahab (46 tahun), yang mendengar suara benda terjatuh dari rumahnya. Kebetulan lokasi pohon kelapa setinggi 6 meter yang dipanjat korban tidak terlalu jauh dari rumahnya,'' katanya.
Saat Wahab memeriksa benda apa yang jatuh, dia menemukan ayahnya sudah dalam kondisi terdiam di bawah pohon kelapa. Saat itu juga, Wahab langsung meminta tolong tetangganya untuk membawa korban ke dalam rumah. ''Namun saat diperiksa petugas medis, korban ternyata sudah meninggal dunia,'' katanya.
Sebelumnya, seorang penderes warga Desa Sidareja Kecamatan Kaligondang Kabupaten Purbalingga, Johari (60 tahun), juga mengalami kecelakaan kerja. Johari ditemukan istrinya, Jumiati (58 tahun), setelah pamit hendak menderes nira kelapa, Selasa (27/11).
Berdasarkan keterangan istri korban, Johari berangkat menyadap air nira pohon kelapa sekitar pukul 06.00. Biasanya, korban hanya pergi menderes sekitar 1 jam, kemudian pulang lagi ke rumah untuk sarapan.
Namun sampai pukul 08.00 korban tidak juga pulang ke rumah, sehingga disusul istrinya. Namun setelah sampai di lokasi tempat biasa suaminya menyadap nira, Jumiati melihat tubuh suaminya sudah tergeletak di bawah pohon kelapa setinggi 10 meter.
Beberapa tetangga korban yang mengetahui kejadian ini, langsung membawa korban ke rumahnya. Namun tak lama kemudian, petugas Puskesmas Kaligondang yang datang memeriksa korban memastikan korban sudah meninggal dunia akibat patah tulang leher, patah tulang pinggang sebelah kanan, serta patah tulang kaki kiri.