Selasa 27 Nov 2018 15:40 WIB

Median: Elektabilitas Jokowi-Ma'ruf Unggul, Belum 50 Persen

Berdasarkan survei terbaru Median elektabilitas Jokowi-Ma'ruf tercatat 47,7 persen.

Rep: Dian Erika Nugraheny/ Red: Andri Saubani
Calon Presiden nomor urut 01 Joko Widodo berbicara dihadapan ribuan Tim Kampanye Daerah (TKD) dan relawan di Palembang, Sumatera Selatan, Ahad (25/11/2018).
Foto: Antara/Nova Wahyudi
Calon Presiden nomor urut 01 Joko Widodo berbicara dihadapan ribuan Tim Kampanye Daerah (TKD) dan relawan di Palembang, Sumatera Selatan, Ahad (25/11/2018).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Direktur Eksekutif Media Survei Nasional (Median), Rico Marbun, mengatakan elektabilitas pasangan capres-cawapres Joko Widodo-Ma'ruf Amin (Jokowi-Ma'ruf) masih unggul dibandingkan pasangan Prabowo Subianto-Sandiaga Uno. Meski demikian, elektabilitas Jokowi-Ma'ruf tercatat tidak mampu mencapai 50 persen.

Berdasarkan survei terbaru Median yang dilakukan pada 4-16 November 2018, elektabilitas Jokowi-Ma'ruf tercatat sebesar 47,7 persen. Sementara itu, elektabilitas Prabowo-Sandiaga tercatat sebesar 35,5 persen.

Dengan demikian, tercatat selisih elektabilitas keduanya sebesar 12,2 persen. Kemudian, ada sekitar 16,8 responden yang tidak menentukan pilihan atas kedua pasangan capres-cawapres itu.

"Keunggulan yang dimiliki oleh Jokowi, adalah publik melihat dia sudah melakukan sesuatu. Namun, masih ada problem kehidupan sehari-hari yang tidak atau belum dirasakan solusinya oleh masyarakat," ujar Rico dalam paparan survei 'Elektabilitas Capres: Mampukah Jokowi Berlari Kencang dan Prabowo Mengejar ?' di Cikini, Jakarta Pusat, Selasa (27/11).

Keunggulan Jokowi merujuk kepada pembangunan infrastruktur yang sudah dilakukan selama empat tahun ini.  Namun, ternyata hal itu belum mampu mendongkrak elektabilitasnya yang masih berada di bawah 50 persen.

"Kita harus lihat kenaikan harga-harga sudah sejak 2017. Dimulai dengan dimulai tarif listrik, kemudian harga bahan pokok. Nah yang dibutuhkan oleh Jokowi-Ma'ruf adalah bagaimana meyakinkan publik agar publik percaya bahwa ketika mereka nanti terpilih, harga kebutuhan pokok tidak naik, atau bisa tidak sih harga kebutuhan pokok turun ketika nanti Jokowi terpilih kembali," ungkap Rico.

Dia lantas menjabarkan temuan tentang elektabilitas Prabowo-Sandiaga yang masih di bawah Jokowi-Ma'ruf. Sebab, menurutnya, jika ada ketidakpuasan terhadap kinerja pejawat, biasanya elektabilitas oposisi cenderung menguat.

"Jadi, masih terlihat kompetensi ekonomi Prabowo-Sandiaga yang belum terbangun sama sekali. Faktor kedua, gaya politik Prabowo yang keras masih menjadi sorotan," paparnya.

Rico menyebut narasi ekonomi yang diungkapkan oleh Prabowo-Sandiaga baru sebatas mampu menahan elektabilitas Jokowi-Ma'ruf. "Narasi ekonomi yang dibangun belum meyakinkan pemilih untuk memilih mereka," tambahnya.

Survei median menggunakan sampel sebanyak kurang lebih 1.200 responden. Sampel survei diambil secara random dengan teknik multistage random sampling dan proporsional atas populasi provinsi serta gender. Kemudian margin of error dalam survei ini tercatat sebesar kurang lebih 2,9 persen.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement