Rabu 14 Nov 2018 08:09 WIB

Apa Motif Pembunuhan Satu Keluarga di Bekasi? Ini Kata Reza

Motif pembunuhan yang terjadi di Bekasi masih terbuka untuk semua kemungkinan.

Rep: Dedy Darmawan Nasution/ Red: Andi Nur Aminah
Suasana warga saat melihat lokasi pembunuhan satu keluarga di Jalan Bojong Nangka II, Jatirahayu, Pondok Melati, Bekasi, Jawa Barat, Selasa (13/11).
Foto: Republika/Putra M. Akbar
Suasana warga saat melihat lokasi pembunuhan satu keluarga di Jalan Bojong Nangka II, Jatirahayu, Pondok Melati, Bekasi, Jawa Barat, Selasa (13/11).

REPUBLIKA.CO.ID, BEKASI -- Psikolog Forensik dari Sekolah Tinggi Ilmu Kepolisian (STIK-PTIK) Reza Indragiri Amriel melakukan tinjauan langsung ke tempat kejadian perkara (TKP) pembunuhan satu keluarga di Kelurahan Jatirahayu, Kecamatan Pondok Melati, Kota Bekasi, Selasa (13/11). Reza mengatakan, motif pembunuhan yang terjadi kemarin masih terbuka untuk semua kemungkinan.

Reza mengatakan, berdasarkan keterangan kepolisian, barang-barang berharga milik korban tidak hilang. Meski demikian, belum dapat ditarik kesimpulan bahwa kejahatan yang dilakukan bukan karena faktor ekonomi berupa perampokan. "Kejahatan motif ekonomi bisa saja mengincar barang-barang yang tidak ada di TKP," kata Reza di tempat kejadian, Selasa malam.

Baca Juga

Ia menyontohkan, seperti perebutan asuransi, tanah, bahkan persoalan harta warisan. "Itu tidak ada di TKP. Jadi untuk mengatakan ini kejahatan motif ekonomi atau bukan tidak cukup dengan melihat ada tidaknya barang berharga. Tapi juga melihat ada atau tidaknya barang di luar TKP yang diambil pelaku," tuturnya.

photo
Sejumlah Tim Puslabfor Polda Metro Jaya saat akan melakukan olah TKP kasus pembunuhan satu keluarga di Jalan Bojong Nangka II, Jatirahayu, Pondok Melati, Bekasi, Jawa Barat, Selasa (13/11).

Sementara untuk karakteristik pelaku, Reza mengungkapkan, berdasarkan keterangan warga, kemungkinan peristiwa pembunuhuan terjadi antara pukul 02.00 WIB hingga 03.30 WIB. Waktu-waktu itu merupakan saat manusia dalam kondisi letih dan terlelap tidur karena butuh istirahat.

Menurut Reza, tanpa seorang profesional pun, dengan kata lain orang awam, bisa melakukan kejahatan seperti itu dengan rapi. Sebab, korban yang diincar dalam kondisi butuh istirahat dan semua orang tahu akan hal itu.

Dari segi emosi, Reza menilai, pelaku dinilai memiliki kontrol emosi yang matang. Hal itu dilihat dari perbedaan cara menghabisi nyawa korban orang tua dan anak-anaknya.

Seperti diketahui, korban merupakan satu keluarga. Yakni Diperum Nainggolan (38 tahun) beserta istrinya, Maya Boru Ambarita (37 tahun), serta kedua anaknya, Sarah Boru Nainggolan (9 tahun), dan Arya Nainggola (7 tahun).

Diperum dan istrinya ditemukan terbujur kaku di ruang tamu bersimbah darah. Sedangkan kedua anaknya ditemukan di dalam kamar dalam kondisi dibekap. Meskipun, hasil autopsi menyatakan pada kedua tubuh anaknya juga terdapat luka senjata tajam dan hantaman benda tumpul. "Dia bisa memilih (cara menghabisi) korban seperti apa," ujarnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement