Kamis 01 Nov 2018 02:24 WIB

Pendekatan Autentik Efektif Jaring Pemilih Milenial di 2019

Milenial jenuh dengan gaya politikus lama yang kurang merakyat.

Politikus disarankan memiliki ciri khas dan tidak meniru jika ingin menggaet suara milenial di pemilu 2019.
Foto: Republika/Prayogi
Politikus disarankan memiliki ciri khas dan tidak meniru jika ingin menggaet suara milenial di pemilu 2019.

REPUBLIKA.CO.ID, PURWOKERTO -- Pendekatan politik dengan gaya orisinal dan autentik sangat efektif untuk menjaring suara pemilih milenial pada Pemilu 2019. Demikian ungkap pengamat politik dari Universitas Jenderal Soedirman Luthfi Makhasin.

Dia mengatakan bahwa gaya politik tersebut efektif menjaring suara pemilih pemula atau lebih populer dengan istilah pemilih milenial. Mendekati pemilih milenial pada saat ini, menurut Luthfi Makhasin, memang menjadi keharusan bagi politikus karena besarnya potensi suara yang ada.

Baca Juga

"Akan tetapi, gaya dan pendekatan kampanye yang meniru gaya kaum milenial malahan belum tentu berhasil. Dalam hal ini, seharusnya politikus lebih banyak menjalankan gaya politik yang orisinal dan autentik," katanya, Rabu (31/10).

Orisinal dan autentik, kata Luthfi Makhasin, dalam pengertian memiliki ciri khas tersendiri dan tidak meniru yang lain serta menjadi dirinya sendiri. "Politikus perlu menjadi diri sendiri, tidak meniru dari yang lain. Pemilih milenial saya kira membutuhkan figur politikus dengan dua karakter itu," katanya.

Yang perlu diperhatikan, menurut dia, generasi milenial termasuk generasi yang jenuh dan bosan dengan gaya politikus lama yang kurang merakyat. "Perlu cara yang kreatif dan inovatif untuk menjaring suara pemilih milenial," ujarnya.

Politikus, katanya lagi, juga harus proaktif mendekati pemilih pemula dengan memanfaatkan media sosial. Ia menegaskan bahwa pendekatan politik yang disampaikan dengan tampilan, gaya, serta isi yang kreatif dan inovatif akan menarik minat pemilih milenial.

"Dalam beberapa studi, jenis pemilih ini memang biasanya cenderung tidak terlalu aktif dalam politik. Akan tetapi, studi yang sama menunjukkan mereka sangat melek informasi dari media sosial," katanya.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement