REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Selalu ada pemilih pemula alias yang baru pertama kali mengikuti pencoblosan di setiap hajatan Pemilihan Umum (Pemilu). Rahmah Aqilah Mona (19 tahun), asal DKI Jakarta, baru pertama kali mengikuti Pemilu di 2024.
Mona, sapaan akrabnya, mengaku merasa cukup memiliki tanggung jawab tersendiri setelah dirinya sudah dianggap legal untuk mengikuti Pemilu. Biasanya, dia hanya melihat orang tua maupun kerabat keluarga lain yang mengikuti ajang lima tahunan tersebut.
"Aku merasa deg-degan, aku merasa ada tanggung jawab tersendiri karena tahun-tahun kemarin melihat orang tua, kakek, nenek nyoblos, sekarang aku harus menentukan sendiri," kata Mona, saat dihubungi, Rabu (14/2/2024).
Mona melihat bahwa di momen Pemilu kali ini, lebih banyak orang berbicara politik di sekitarnya. Awalnya dia sempat bingung saat hendak menentukan pilihan untuk calon presiden (Capres) dan calon wakil presiden (Cawapres).
Dalam menentukan pilihannya, Mona memiliki sejumlah pertimbangan tertentu. Biasanya, dia akan melihat dari media sosial, mendengar pendapat orang lain dan juga keluarga.
"Apa kata ibu, pendapat ayah aku, pendapat teman-teman, gimana tanggapan mereka soal Capres, sampai akhirnya ada Desak Anies, Ganjar, dan lain-lain, itu juga jadi salah satu pertimbangan aku memilih Capres dan Cawapres," ungkap mahasiswa Universitas Airlangga (Unair) itu.
Menurut Mona, sikap kritis sangat diperlukan saat menentukan pilihan. Di kalangan usianya yang bisa dikategorikan sebagai Gen Z, diakui Mona lebih banyak melihat media sosial.
Tetapi juga tetap waspada terhadap hoaks dan bisa melakukan riset sendiri terkait kebenaran dari suatu informasi. Mona dan teman-temannya juga sering melihat langsung website paslon, situs bijakmemilih, dan saling beradu argumen, dibandingkan mengikuti kampanye luring.
Jika mendengar suatu informasi dan pendapat, akan digali lebih jauh apakah itu hoaks atau benar. Mona juga menyarankan pemilih pemula agar lebih sering sharing dengan yang sudah berpengalaman.
Mona juga berpendapat bahwa momen Pemilu tidak boleh terlalu damai ataupun terlalu chaos. Kondisinya harus di tengah-tengah, karena perlu tetap kritis dan mengawal jalannya Pemilu.
"Harapan aku lima tahun ke depan semoga lebih baik lagi capres cawapresnya, lebih hebat-hebat lagi, terus untuk kampanye lebih banyak lagi debat dan pertanyaan-pertanyaan aja ke capres cawapres daripada naro-naro baliho yang gede-gede," kata dia menambahkan.