REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sambil menyeka air mata, Retno Sari Dewi (43 tahun) terus memeluk foto anak perempuannya Puspita Eka Putri (24) yang menjadi korban jatuhnya pesawat Lion Air JT-610, Senin (29/10), di perairan Tanjung Karawang. Usai menyerahkan dokumen ante mortem, Retno masih berharap jenazah anaknya dapat ditemukan dalam kondisi baik.
Terkejut, sedih, dan pilu menjadi rasa yang berkecamuk di benak dan hatinya begitu ia melihat berita di televisi tentang kondisi jenazah yang ditemukan. Dalam berita tersebut, ia menceritakan, terdapat 24 kantong jenazah yang berisi beberapa jenazah korban dengan kondisi tak utuh. Namun begitu ia menilai, meski realita nampaknya begitu menakutkan, tetapi ia masih berharap jenazah anaknya dapat ditemukan dalam kondisi baik.
"Mama lihat kabar di tivi nggak kuat, tapi tetap Mama berharap jenazah putri dapat ditemukan dalam keadaan baik," ujarnya dengan isak tangis yang tak mampu ditahan.
Beberapa dokumen keperluan ante mortem yang telah diserahkan Ratna kepada Tim Disaster Victim Identification (DVI) Rumah Sakit (RS) Polri meliputi sisir, foto terakhir, serta dokumen-dokumen pengenal Putri lainnya. Selain dokumen ante mortem tersebut, Retno pun telah menyerahkan sampel DNA berupa komponen mulut meliputi gigi.
Harapannya, pengumpulan data ante mortem itu dapat membantu pihak RS Polri terkait proses identifikasi. Baginya, selain usaha kooperatif yang bisa ia lakukan, ia hanya mampu berdoa agar mampu melewati ujian yang diberi Tuhan ini.
Retno pun mengenang sosok Putri sebelum pergi dengan pesawat Lion Air JT-610. Menurutnya, Putri merupakan sosok anak yang baik, cantik, dan sangat aktif di dunia fashion kosmetik. Rencana kepergian Putri ke Pangkal Pinang merupakan tujuan kerja, yang mana di sana Putri berfokus pada urusan fashion kosmetik yang sedang digarapnya.
Retno bercerita, sebelumnya Putri tidak pernah berpergian sendirian dengan pesawat. Biasanya, Putri selalu ditemani orang tua ataupun kolega lainnya jika ingin melakukan perjalanan dengan jalur udara. Namun ternyata takdir berkata lain, takdir yang diterima Putri menurutnya merupakan jalan yang sudah diberi Tuhan.
Sehari sesudah kejadian Lion Air JT-610, bagi Retno itu bagaikan hal yang tak pernah disangkanya. Ia mengenang sosok Putri sebagai anak gadisnya yang cantik jelita, ceria, dan manja. Sebelum kejadian itu, Putri sempat berpesan kepada Retno agar barang-barangnya di kamar jangan dipindah-pindahkan. Retno tak menyangka hal itu menjadi pesan terakhir yang diberikan untuknya.
"Tiap masuk kamarnya, Mama nangis. Ya Allah, Putri-ku yang cantik, Allah lebih sayang sama kamu, Nak," ujarnya.
Harapan serupa disampaikan keluarga korban asal Medan, Dwi Puspita. Ia menyampaikan harapannya terkait informasi lebih lanjut tentang ayahnya (Mua Effendi) yang menjadi penumpang Lion Air JT-610. Dengan nada suara bergetar, Dwi menceritakan kronologis perjalanan ayahnya dengan Lion Air JT-610.
Sebanyak 2 kantong jenazah korban jatuhnya pesawat Lion Air JT-610 tiba di Rumah Sakit (RS) Polri, Selasa (30/10), Jakarta.
Menurutnya, sang ayah sebenarnya berangkat dengan rute Medan-Pangkal Pinang. Hanya saja baru diketahuinya sejak pihal Lion Air menelpon keluarga, sang ayah ternyata masuk sebagai penumpang pesawat tersebut dengan rute transit.
"Jadi ayah dari Medan ke Pangkal Pinang, cuma transit dulu di Jakarta," ujarnya.
Usai mengumpulkan data ante mortem kepada Tim DVI, Dwi berharap segala yang terbaik selalu diberikan Tuhan kepada ayahnya. Meski ia tahu dengan banyaknya kabar buruk mengenai musibah ini, ia tetap yakin Tuhan selalu bersama hamba-hambanya dalam kondisi apa pun.