REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- PAN tenang-tenang saja menanggapi sejumlah hasil survei yang menunjukkan partai tersebut tidak lolos ambang batas parlemen (parliamentary threshold). Alasannya, dalam setiap survei sebelum pemilu, PAN memang selalu disebut tidak lolos PT.
Anggota Dewan Kehormatan (Wanhor) PAN, Dradjad Wibowo, mengatakan dalam Pemilu 2009 dan 2014, boleh dikatakan hampir semua lembaga survei salah dalam memprediksi suara PAN. "Perolehan suara PAN di kedua pemilu itu minimal dua kali lipat dari hasil survei sebelum pemilu. Saya tidak catat utk tahun 1999 dan 2004," kata Dradjad, Selasa (30/10).
Dikatakannya, pada Pemilu 2014, hampir semua survei memprediksi perolehan suara PAN hanya di bawah 3 persen. Ternyata PAN memperoleh 9.481.621 atau 7,59 persen suara. Berarti di atas 2,5 kali lipat hasil survey.
Dalam pemilu 2009 juga sama. Hampir semua lembaga survei menempatkan PAN pada dua koma sekian. Ternyata PAN memperoleh 6.254.580 suara atau 6,01 persen.
"Jadi hampir semua lembaga survei itu salah! Hasil surveinya hoaks," kata politikus senior tersebut sambil tertawa. Terkait dengan kesalahan dalam menyurvei PAN, Dradjad mengatakan salah satunya karena gagal melihat kerja keras caleg.
Terkait dengan Prabowo-Sandi, Dradjad mengatakan konstituen PAN memang lebih memilih Prabowo. Hal itu, menurut dia, laporan kader-kader PAN di daerah. PAN justru akan mereka tinggalkan jika tidak mendukung Prabowo.
Tentu wajar jika Gerindra secara elektoral diuntungkan oleh pencalonan Prabowo-Sandi. "Tapi dari kluyuran saya ke berbagai daerah, PAN juga memperoleh keuntungan elektoral seperti Gerindra. Tentu saja nanti perolehan suaranya tergantung juga pada kerja dari mesin partai dan caleg. Itu wajar-wajar saja," papar Dradjad.
Lalu kenapa hasil survey seperti itu? "Ya memang selama ini mereka salah hasil surveinya," ungkap dia.