Sabtu 27 Oct 2018 02:16 WIB

Ekskavasi Bawah Tanah Kota Tua oleh Arkeolog UI

Ekskavasi dilakukan untuk mengkaji benda-benda purbakala di sekitar Kota Tua.

Kondisi galian tim ekskavasi Arkeologi UI di sebelah barat daya Stasiun Jakarta Kota, Kamis (25/10).
Foto: Republika/Flori Sidebang
Kondisi galian tim ekskavasi Arkeologi UI di sebelah barat daya Stasiun Jakarta Kota, Kamis (25/10).

REPUBLIKA.CO.ID, Oleh Flori Sidebang

Empat orang pria tampak sedang sibuk di sebuah galian berbentuk kotak di sebelah barat daya Stasiun Jakarta Kota. Seorang pria berada di dalam galian tersebut sambil mengeruk tanah yang bercampur air menggunakan cangkul. Tanah berlumpur itu kemudian ia masukan ke dalam ember plastik kecil.

Di tengah lubang galian itu, berdiri pria lainnya. Tiga batang bambu menjadi pijakannya. Tangannya juga menggenggam bambu. Namun, diameternya lebih kecil dibandingkan yang dipijaknya.

Bambu yang memiliki panjang sekitar tiga meter itu ia gunakan untuk mengangkut ember-ember plastik berisi tanah yang dikeruk oleh temannya dari dasar galian. Ember-ember penuh itu diberikan kepada rekannya yang berada di atas tumpukan karung berisi tanah.

Galian yang sedang dikerjakan oleh para pria tersebut merupakan proyek ekskavasi dari tim Arkeologi Universitas Indonesia (UI). Ekskavasi merupakan penggalian sistematis untuk mengkaji peninggalan arkeologi atau purbakala yang terpendam di dalam tanah.

Dalam Tim Arkeologi UI tersebut, terdapat sembilan orang yang tergabung di dalamnya. Mereka terdiri dari para alumni program studi (prodi) Arkeologi UI. Tim itu diketuai oleh Cecep Eka Permana, yang merupakan salah satu dosen di prodi yang sama. Sementara itu, ada pula individu yang bertugas sebagai supervisor di masing-masing titik galian. Tugasnya mengawasi dan membuat laporan akhir terkait data-data dari benda-benda purbakala yang ditemukan di lapangan.

Ada pula yang bertugas sebagai penanggung jawab dokumentasi, yang terdiri dari foto dan gambar. Selain itu, terdapat divisi temuan, tugasnya meneliti lebih jauh benda-benda purbakala yang ditemukan di lokasi galian.

Koordinator Lapangan Tim Arkeologi UI, Irsyad Leihitu (25) mengatakan, ekskavasi ini dilakukan untuk mengkaji benda-benda purbakala yang ada di sekitar Kota Tua, sebelum proses pembuatan jalur MRT di tempat tersebut. Sehingga nantinya jalur MRT tidak merusak atau mengganggu situs sejarah yang ada.

"Kan jalur MRT nanti bakal melewati bawah tanah kawasan Kota Tua, maka perlu ada kajian arkeologi dulu. Jadi nanti kita juga bisa mengusulkan ke pihak terkait, apakah jalur yang mereka rencanakan itu sudah pas atau ada kemungkinan digeser," jelas Irsyad saat ditemui Republika di lokasi penggalian.

Terdapat tujuh titik gali atau disebut juga kotak dalam ekskavasi tersebut yang tersebar di sekitar Kota Tua, Jakarta dan akan menjadi jalur MRT. Disebut kotak karena galiannya berbentuk kotak.

Kotak itu diberi dua tali benang dengan warna berbeda yang menjadi penanda. Tali benang pertama berwarna kuning, melambangkan warna khas UI. Tali benang ini sebagai tanda kotak ekskavasi. Di depan tali benang kuning itu, terdapat tali benang berwarna putih sebagai batas lubang galian. Tujuannya untuk melindungi dinding dan agar aman saat diinjak dari atas.

"Dinding penting karena di akhir kita akan mengukur semua dinding di keempat sisi. Kita sebutnya stratigrafi, atau lapisan tanah. Ini data, mbak, jadi kita bisa tahu ada berapa lapisan di sini, lalu di setiap lapisan ada temuan apa saja," jelas Irsyad.

Ia juga menambahkan, tiga kotak telah dilakukan penggalian dan saat ini sedang dalam proses pengurukan atau menimbun kembali. Karena perekaman data telah selesai dilakukan. Ketiga kotak itu tersebar di sebelah tenggara Museum Bank Mandiri, di tengah segitiga Dishub yang letaknya dekat halte busway Stasiun Jakarta Kota dan di sebelah barat daya Stasiun Jakarta Kota, berdekatan dengan lokasi galian yang saat ini sedang dilakukan.

Dua kotak dalam proses penggalian, berada di barat daya Stasiun Jakarta Kota dan di Jalan Gajah Mada, Jakarta, dekat tukang lukis wajah. Sementara dua titik lainya masih dalam tahap survei.

Sebelum melakukan penggalian, tim terlebih dahulu melakukan survei dan studi literatur terkait lokasi penggalian. Hal ini sangat penting untuk bisa memperkirakan temuan seperti apa yang bisa didapatkan di lokasi tersebut. Irsyad menjelaskan, dulunya kawasan Kota Tua dikelilingi oleh tembok atau dinding pertahanan yang dibangun pihak Belanda pada zaman penjajahan.

"Itu sekitar tahun 1600-an sampai 1940-an. Titik-titik gali ini juga pada masa itu adalah kanal," papar pemuda asal Ambon tersebut.

Aditya Fajar (24), salah satu anggota tim yang bertanggung jawab pada bidang dokumentasi, terlihat sedang duduk sambil menyikat pecahan-pecahan porselen yang ditemukan dari kotak (galian) menggunakan sikat gigi. Ia bercerita, sudah cukup banyak benda-benda purbakala yang ditemukan.

"Kebanyakan ya pecahan-pecahan porselen kayak gini, tulang-tulang binatang. Malah kemarin dapat kerangka rahang bawah kuda, tapi masih dalam proses penelitian lebih lanjut," ujarnya.

Adit, sapaan akrabnya menambahkan, tiap pecahan porselen dapat diketaui negara asalnya berdasarkan motif atau gambar yang terdapat di benda tersebut. Selain itu, warna apa yang digunakan juga dapat menjadi petunjuk. Porselen yang saat ini ditemukan diperkirakan berasal dari Cina, Jepang, dan Eropa.

Tidak hanya porselen, pecahan-pecahan tembikar yang terbuat dari tanah liat pun didapatkan oleh tim. Adit menjelaskan, tembikar itu pada umumnya dibuat dan digunakan oleh masyarakat Indonesia.

Target kedalaman galian pada ekskavasi ini adalah empat meter. Sebab, menurut Irsyad, berdasarkan pengalaman-pengalaman sebelumnya, penemuan arkeologi ditemukan mulai kedalaman 4-5 meter. Walaupun tidak menuntut kemungkinan di kedalaman 7-8 meter juga bisa ditemukan benda-benda purbakala.

"Tapi target kita saat ini empat meter saja, karena kita mencari temuan struktur seperti dinding, pondasi, atau tiang-tiang. Dulu kan di sini dikelilingi tembok atau dinding," pungkasnya.

Namun, hingga saat ini temuan struktur itu belum berhasil didapatkan. Irsyad sempat menunjukkan sisa-sisa bata yang diduga dinding tembok pada zaman Belanda. Hanya saja, bata itu berada di luar zona galian (tali benang putih). Tetapi Irsyad mengatakan, timnya tetap akan melakukan perekaman data terkait temuan tersebut.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement