REPUBLIKA.CO.ID, SLEMAN -- Kementerian Riset dan Dikti menggelar Inovator Inovasi Indonesia Expo (I3E) 25-28 Oktober 2018 di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY). Gelaran diinisiasi Direktorat Jenderal Penguatan Inovasi demi memamerkan inovasi-inovasi generasi milenial Indonesia.
Lebih dari 95 persen pelaku bisnis di Indonesia merupakan rintisan atau industri kecil dan menengah. Untuk itu Pemerintah wajib jadi katalisator dalam menyokong keberadaan perusahaan pemula sebagai pelaku bisnis baru yang dinantikan.
Usaha rintisan di Indonesia baru menyumbang pertumbuhan ekonomi dua persen per tahun, kecil dibanding populasi penduduk Indonesia. Sedangkan, Singapura sudah tujuh persen, Malaysia lima persen, Thailand 4,5 persen dan Vietnam 3,3 persen.
Untuk itu, Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi (Kemenristekdikti) menggelar Inovator Inovasi Indonesia Expo 2018 mengusung tema "Startup: Optimisme untuk Bangsa". Tema ini menunjukkan kalau produk-produk inovasi Indonesia bisa memberikan optimisme yang tinggi.
I3E 2018 sendiri dibuka langsung Menritekdikti, Mohamad Nasir, di Atrium Jogja City Mall. Dalam sambutanya, Nasir menekankan, pemerintah memang sangat fokus mendukung perkembangan startup di Tanah Air.
Demi mengembangkan pertumbuhan startup di Indonesia, Kemen Ristek Dikti terus menjalankan program pengembangan perusahaan pemula berbasis teknologi. Sejak 2015, pendanaan dan pembinaan telah diberikan ke 923 startup dan calon startup.
"Meliputi 10 bidang mulai pangan, kesehatan dan obat, ICT, advance material, transportasi, teknologi pertahanan, energi baru terbarukan, maritim, manajemen kebencanaan dan sosial humaniora budaya pendidikan," kata Nasir, Kamis (25/10).
I3E sendiri memamerkan tidak kurang 267 startup-startup, termasuk 10 produk inovasi dari srikandi-srikandi muda Indonesia. Bidang pangan disebut salah satu yang sangat penting untuk masa depan.
Sekitar 33 persen startup yang mendapatkan pendanaan dari Kemenristekdikti fokus bidang pangan dan 23 persen TIK. Itu berdasarkan hasil evaluasi yang dilakukan Ditjen Penguatan Inovasi selama empat tahun program berjalan.
Bahkan, lanjut Nasir, ada inovasi-inovasi tempe yang sudah bisa mengekspor dua kontainer tiap pekan ke Korea Selatan. Artinya, potensi besar startup yang dimiliki Indonesia benar-benar ada di depan pintu.
"Karenanya, anak-anak kita harus didorong agar mampu bersaing tingkat dunia," ujar Nasir.
Senada, Dirjen Penguatan Inovasi Kemenristekdikti, Jumain Appe, menjelaskan I3E 2018 memang sengaja digelar di pusat perbelanjaan. Hal itu bertujuan mendekatkan inovasi kepada masyarakat.
Dengan demikian, masyarakat akan mengetahui kemampuan bangsa. Khususnya, generasi muda untuk turut serta mendorong daya saing ekonomi dengan menjadi wirausaha muda yang berbasis kepada ilmu pengetahuan dan teknologi.
"Mempromosikan produk-produk inovasi teknologi hasil karya anak bangsa kepada masyarakat luas, Kemenristekdikti ingin hasil inovasi dari para inovator benar-benar terasa manfaatnya bagi masyarakat," kata Jumain.
Selain itu, ia berharap gelaran ini mempertemukan kalangan akademisi dalam menciptakan produk inovasi teknologi. Serta, mampu menumbuhkan sektor industri khususnya menjawab tantangan dan peluang di era revolusi industri 4.0.
Pameran I3E melibatkan inovator-inovator industri mikro, kecil dan menengah, binaan Balai Penelitian Teknologi Bahan LIPI, Taman PIntar Yogyakarta, Pusat Peragaan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi, dan komunitas-komunitas startup di DIY.
Turut dihadirkan seminar-seminar bisnis dan inovasi, business piching, demo Iptek, kompetisi inovasi pelajar, mahasiswa dan umum, klinik konsultasi produk inovasi tentang HKI, izin edar, sampai sertifikasi halal MUI.
Rangkaian kegiatan yang ada diharapkan pula mampu memberikan motivasi dan energi positif bagi semua elemen masyarakat. Serta, memberikan harapan dan kebangaan kalau Indonesia mampu bersaing dengan negara-negara lain.