Kamis 18 Oct 2018 17:30 WIB

Mengangkat Penenun Melalui Festival Tenun Nusantara

Selama ini ketika memamerkan tenun yang muncul adalah desainer bukan penenunnya.

Rep: Inas Widyanuratikah/ Red: Gita Amanda
Acara fashion show sebagai penutup Festival Tenun Nusantara, di Sopo  Partukkoan, Tarutung, Tapanuli Utara, Rabu (17/10). Pakaian yang dikenakan  merupakan karya dari Edward Hutabarat.
Foto: Republika/Inas Widyanuratikah
Acara fashion show sebagai penutup Festival Tenun Nusantara, di Sopo Partukkoan, Tarutung, Tapanuli Utara, Rabu (17/10). Pakaian yang dikenakan merupakan karya dari Edward Hutabarat.

REPUBLIKA.CO.ID, TAPANULI UTARA -- Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) bekerja sama dengan Pemerintah Kabupaten Tapanuli Utara menggelar Festival Tenun Nusantara pada 13 Oktober 2018 hingga 17 Oktober 2018. Kegiatan ini merupakan bagian dari Program Indonesiana yang diadakan di seluruh Indonesia.

Pada festival ini, Kurator Nasional Festival Tenun Nusantara Lefidus Malau mengatakan dirinya ingin mengangkat penenun yang selama ini tidak muncul. "Selama ini ketika memamerkan tenun yang muncul adalah desainernya. Padahal, aktor utamanya itu penenun. Ini untuk mengangkat kehormatan dari para penenun," kata Lefi, Rabu (17/10).

Ia mencontohkan, pada saat Presiden Joko Widodo memakai kain tenun, tidak ada yang bertanya siapa penenunnya. Hal ini berbeda daripada seni lainnya, seperti seni lukis terdapat nama pelukis, ataupun seni musik terdapat nama musisinya. Ia memimpikan, suatu saat nanti setiap penenun juga ikut harum namanya ketika kain tenunnya terkenal.

Menurut Lefi, membuat kain tenun bukan hal yang sederhana. Para penenun ahli yang kebanyakan kini lansia memiliki kemampuan untuk berpikir tiga dimensi dan matematis. Ketika mereka melihat sesuatu, maka mereka bisa membuat motif sesuai yang ia lihat menggunakan hitung-hitungan tertentu dan akhirnya menghasilkan kain tenun.

Kain tenun di Indonesia juga bukan sekadar kain yang digunakan sebagai sandang. Lefi mengatakan, dalam perkembangannya kain menjadi semacam media manusia memperlihatkan kekayaan cara pikir dan prinsip hidup mereka melalui motif-motif yang digambar. Beberapa kain juga tidak bisa digunakan sembarang orang, melainkan harus dikenakan oleh orang-orang dari strata tertentu.

Kasubdit Program Evaluasi dan Dokumentasi Direktorat Kepercayaan dan Tradisi, Agus Setiabudi mengapresiasi Pemerintah Daerah yang telah melaksanakan festival tersebut. Festival ini merupakan bagian dari Indonesiana sebagai inisiatif Kemendikbud untuk mendorong dan memperkuat upaya Pemajuan Kebudayaan sesuai Undang-undang nomor 5 Tahun 2017 melalui gotong royong penguatan kapasitas daerah dalam menyelenggarakan kegiatan budaya.

"Festival ini mengembangkan ulos yang juga kekayaan budaya lokal. Ulos bisa dikembangkan, dan kemudian harapannya bisa mengangkat perekonomian masyarakat di sini," kata Agus.

Rangkaian acara pada Festival Tenun Nusantara adalah Pameran Tenun Nusantara, Permainan Tradisional Anak, Simposium Nasional Tenun Nusantara, Boot Camp Partonun, Pesta Budaya Rakyat 'Ulaon Matumona', Pertunjukan tari, musik, Teater Tradisi, Opera Batak dan Fashion Show. Fashion show yang menutup kegiatan ini menggunakan pakaian karya Edward Hutabarat.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement