Ahad 07 Oct 2018 22:39 WIB

SMRC: Hoaks Ratna tak Pengaruhi Elektabilitas Prabowo

Pemilih pasangan Prabowo-Sandi sudah solid.

Rep: Bayu Adji P/ Red: Andri Saubani
Aktivis Ratna Sarumpaet (tengah) tiba di Mapolda Metro Jaya untuk menjalani pemeriksaan di Jakarta, Kamis (4/10). Pelaku penyebaran berita bohong atau hoaks itu ditangkap oleh pihak kepolisian di Bandara Soekarno-Hatta saat akan pergi ke Santiago, Cile.
Foto: Antara
Aktivis Ratna Sarumpaet (tengah) tiba di Mapolda Metro Jaya untuk menjalani pemeriksaan di Jakarta, Kamis (4/10). Pelaku penyebaran berita bohong atau hoaks itu ditangkap oleh pihak kepolisian di Bandara Soekarno-Hatta saat akan pergi ke Santiago, Cile.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Direktur Eksekutif Saiful Mujani Research & Consulting (SMRC) Djayadi Hanan menilai kasus hoaks Ratna Sarumpaet tak akan mengurangi elektabilitas pasangan Prabowo Subianto-Sandiaga Uno. Menurut dia, pemilih pasangan nomor urut 02 itu sudah solid.

Ia mengatakan, secara umum pemilih Prabowo merupakan masyarakat yang tak puas dengan kinerja pemerintah di bawah Presiden Joko Widodo (Jokowi). Artinya, mereka akan tetap menganggap Prabowo sebagai pilihan alternatif.

"Karena pemilih Prabowo sebagian besar adalah yang anti-Jokowi. Apa pun yang dilakukan Prabowo, mereka akan punya pembenaran," kata dia di Kantor SMRC, Cikini, Jakarta Pusat, Ahad (7/10).

Meski begitu, Djayadi menambahkan, kasus hoaks itu membuat citra Prabowo menjadi negatif. Pasalnya, selama ini Prabowo selalu dikesankan sebagai pemimpin yang kuat, paham dengan masalah, serta mengerti dengan intelijen, mengingat latar belakangnya sebagai tentara.

Dengan adanya isu hoaks Ratna Saarumpaet, Prabowo akan kesulitan menambah suara dari masyarakat yang belum memilihnya. "Tapi secara elektoral tak akan membuat lari pemilih Prabowo," kata dia.

Hal itu dinilai menjadi tantangan tersendiri bagi pasangan penantang. Pasalnya, beberapa hasil lembaga menyebutkan elektabilitas pasangan penantang masih tertinggal cukup jauh dari pejawat.

Berdasarkan survei terbaru SMRC, pasangan Jokowi-Ma'ruf Amin memiliki elektabilitas 60,4 persen. Sedangkan Prabowo-Sandiaga hanya memeroleh elektabilitas 29,8 persen.

Djayadi menegaskan, citra negatif itu mengakibatkan beban dan tugas Prabowo semakin berat untuk menarik pemilih yang belum menentukan pilihan, atau pemilih Jokowi-Ma'ruf yang masih berpotens berubah pikiran. Padahal, untuk mengejar ketertinggalan, Prabowo harusnya menargetkan para pemilih tersebut.

"Tapi dengan citra negartif ini menjadi lebih sulit. Karena tugas Prabowo sekarang menambah suara, sementara jokowi itu menjaga suara," kata dia.

Djayadi mengakui, Prabowo sudah berusaha untuk mengakui kesalahannya. Paling tidak, pengakuan itu dapat membuat pendukungnya memaafkan.

Namun, menurut dia, perlu strategi lain dari tim kampanye Prabowo-Sandiaga untuk mengubah keadaan. "Harus menggunakan isu lain, tak bisa pakai isu itu (hoaks). Isu ekonomi, yang bisa laku di kalangan pemilih. Yang bisa menutupi itu," kata dia.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement