REPUBLIKA.CO.ID, MAKASSAR -- Polda Sulawesi Selatan mengandalkan anjing pelacak (K9) untuk mendeteksi keberadaan jenazah korban gempa dan tsunami, yang tertimbun tanah dan lumpur di daerah Palu, Sulawesi Tengah. Polda Sulsel mengerahkan dua anjing pelacak ke lokasi bencana.
"Anjing pelacak yang kami kirim sehari setelah gempa dan tsunami itu sangat membantu dan banyak menemukan jenazah korban," ujar Kabid Humas Polda Sulsel Kombes Pol Dicky Sondani di Makassar, Selasa (2/10).
Dicky mengatakan, kehadiran dua anjing pelacak di daerah gempa dan tsunami banyak membantu tim sukarelawan karena indera penciuman dari anjing pelacak jauh lebih hebat dari manusia. Kombes Dicky menyatakan untuk jenazah yang tertimpa reruntuhan langsung dilakukan evakuasi sedangkan jenazah yang membutuhkan penanganan peralatan tambahan hanya diberikan tanda.
"Ada beberapa jenazah yang dilacak itu bisa langsung di evakuasi dan dimasukkan dalam kantong jenazah. Sedangkan yang tertimbun, diberi tanda saja dulu sama anggota untuk kemudian dilakukan penggalian atau menggunakan alat tambahan," katanya.
Sebelumnya, dua ekor anjing pelacaknya (K9) dikerahkan Polda Sulsel untuk membantu mencari keberadaan jenazah korban musibah gempa dan tsunami di Donggala, Palu, Sulawesi Tengah. Kedua ekor anjing pelacak yang dimiliki Polda Sulsel berjenis Ras Pointer dan Belgian Malinois. Keduanya disebut sebagai anjing pelacak terbaik karena mampu mengendus targetnya khususnya para korban gempa bumi dan tsunami.
Dicky menyatakan, selain kedua ekor anjing pelacak itu, anggota yang dikirim lima orang dipimpin Ipda Salu yang merupakan pawang dari K9 tersebut. Pengiriman bantuan personel dan peralatan juga sudah dilakukan dari TNI Angkatan Darat, Angkatan Udara maupun Angkatan Laut, serta regu Basarnas. Pada musibah gempa yang terjadi Jumat (28/9), Badan Meterologi , Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) wilayah Makassar menyatakan gelombang gempa bumi yang terjadi di Donggala, Sulawesi Tengah dan daerah sekitarnya juga berpengaruh ke Sulawesi Barat.