Senin 01 Oct 2018 19:10 WIB

Gempa Palu Buat NTB Siapkan Upaya Rehabilitasi Sendiri

Pemkab Lotim anggarkan huntara karena belum cairnya dana dari pemerintah pusat.

Rep: Muhammad Nursyamsyi/ Red: Ratna Puspita
[Ilustrasi] Tenda sekolah darurat di SDN 1 Guntur Macan Desa Guntur Macan, Kecamatan Gunungsari, Lombok Barat, NTB.
Foto: Antara/Ahmad Subaidi
[Ilustrasi] Tenda sekolah darurat di SDN 1 Guntur Macan Desa Guntur Macan, Kecamatan Gunungsari, Lombok Barat, NTB.

REPUBLIKA.CO.ID, MATARAM -- Gempa bumi dan tsunami yang melanda Palu dan Donggala, Sulawesi Tengah, pada Jumat (28/9) membuat Pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) tidak bisa berharap banyak kepada bantuan dari pemerintah pusat. Pemprov NTB akan mengupayakan proses rehabilitasi dengan kemampuan sendiri. 

“Kami upayakan memfokuskan segala aktivitas kita dalam mencari celah agar terlihat geliat perekonomian masyarakat di daerah yang terdampak gempa," ujar Gubernur NTB Zulkieflimansyah saat memimpin rapat perdana dengan pimpinan OPD lingkup Pemprov NTB di ruang rapat utama Kantor Gubernur NTB, Jalan Pejanggik, Mataram, NTB, Senin (1/10).

Zul pun meminta seluruh organisasi perangkat daerah (OPD) lingkup Pemerintah Provinsi NTB memfokuskan agenda kerja pada rehabilitasi dan rekonstruksi daerah yang terdampak bencana gempa. Zul juga menginstruksikan kepada pimpinan OPD untuk menghadirkan institusi-institusi dan pengusaha daerah.

"Kumpulkan dan undang semua institusi internasional, NGO, pengusaha daerah,  kemudian kita paparkan keadaan Lombok pascabencana gempa ini,” kata dia.

photo
Gubernur NTB Zulkieflimansyah. (Republika/Muhammad Nursyamsyi)

Langkah itu agar mereka dapat berkontribusi dalam keberlangsungan proses percepatan penanganan pascagempa. “Setelah itu kita bisa minta saran dan pendapat mereka. Jangan minta bantuannya, tapi minta ide untuk menyelesaikan masalah ini,” kata dia.

Wakil Gubernur NTB Sitti Rohmi Djalilah juga berharap semua OPD berinovasi dan bisa bersinergi dengan berbagai pihak terkait progres pelaporan informasi yang valid tentang rehab dan rekonstruksi. Dia menyampaikan, setiap OPD memiliki tanggungjawab terhadap masing-masing desa binaan.

“Kami mohon OPD melaporkan tentang huntara, keberadaan lembaga-lembaga yang ada, dan membantu desa-desa terdampak gempa, isu-isu strategis mengenai air bersih, daerah yang berpotensi longsor agar dilaporkan secara berkala ke pusat data," kata Rohmi.

Rohmi juga meminta ada catatan dan monitoring terkait perjalanan dinas sehingga dapat dilihat keefektifan dari perjalanan dinas tersebut. “Kita masih dalam keadaan membangun, kita memanfaatkan anggaran yang ada, supaya kita betul-betul bisa maksimal memberikan pelayanan kepada masyarakat," ucap Rohmi.

photo
Masjid Baiturrahman pascagempa dan tsunami di daerah Taman Ria, Palu, Sulawesi Tengah, Senin (1/10). (Antara)

Inovasi di tengah keterbatasan dana ini seperti dilakukan oleh Pemerintah Kabupaten Lombok Timur, NTB. Bupati Lombok TImur Sukiman Azmy mengatakan saat ini dana bantuan rehabilitasi dan rekonstruksi rumah dari pemerintah pusat belum cair. 

"(Dana bantuan pemerintah pusat) belum ada. Sudah masuk di rekening, tetapi belum bisa dicairkan," kata dia saat rapat koordinasi penanganan bencana di Kantor Pemprov NTB, Jalan Pejanggik, Kota Mataram, NTB, Senin (1/10).

Kendati demikian, ia mengatakan, belum adanya alokasi dana dari pemerintah pusat tidak membuat Pemkab Lotim berdiam diri. Pemkab Lotim mengalokasikan anggaran senilai Rp 56 miliar untuk membangun hunian sementara (huntara) bagi warga terdampak gempa. 

Sukiman mengatakan Lotim sedang berupaya membangun hunian sementara (huntara) sebagai antisipasi hujan turun sementara rumah-rumah warga pada rusak. Ia mengatakan sampai saat ini warga terdampak gempa masih berada di tenda-tenda pengungsian. 

Ia menambahkan pembangunan huntara diperuntukkan warga terdampak gempa yang rumahnya rusak berat akibat gempa beruntun yang melanda Pulau Lombok. 

photo
Infografis Gempa Lombok

Di sisi lain, Sukiman menambahkan, Lombok Timur sekarang membutuhkan bantuan distribusi air. Ia mengatakan kondisi Lombok Timur saat ini tidak hanya dihadapkan pada penanganan bencana pascagempa.

Lombok Timur juga menghadapi ancaman kekeringan. Saat ini, terdapat lima kecamatan di Lombok Timur yang dilanda kekeringan, mulai dari Kecamatan Sakra, Sakra Barat, Sakra Timur, Jerowaru, dan Keruak.

"Di wilayah-wilayah itu sudah mulai kekeringan, sumber air dan sumur sudah mulai menyusut," kata Sukiman.

Pemkab Lombok Timur, dia mengatakan, sudah mulai mendistribusikan air ke kecamatan terdampak kekeringan, tetapi dalam jumlah terbatas. Ia meminta adanya bantuan air dari Pemprov NTB kepada warga terdampak kekeringan di Lombok Timur.

“Kami distribusikan 100 tangki air, tapi kemampuan kami terbatas, kami mohon ukuran tangan dan dibantu juga distribusi air dari Pemprov," ucap Sukiman.

"Kami sudah lebih dulu merasakan bencana gempa. Kami tahu bagaimana rasanya. Karena itu, kami ingin membantu semampu kami untuk meringankan beban saudara-saudara kami di Palu yang terkena bencana gempa bumi dan tsunami," ujar Kepala Dusun Beleq, Syahrir.

Kondisi yang belum stabil pascagempa juga tidak membuat warga NTB terdampak bencana melupakan kesedihan yang dialami warga Donggala dan Palu. Warga di Lombok Utara berempati terhadap terhadap korban gempa dan tsunami. 

Alasan tersebut yang menjadi dasar bagi para warga terdampak gempa di Dusun Tenggorong dan Dusun Beleq, Desa Gumantar, Kecamatan Kayangan, Kabupaten Lombok Utara untuk ikut membantu meringankan penderitaan warga Palu dan Donggala. Kepala Dusun Beleq, Syahrir, menyampaikan, warganya menghimpun hasil bumi berupa pisang yang kemudian dijual di Kota Mataram dan akan disalurkan kepada warga terdampak gempa dan tsunami di Palu dan Donggala.

"Kami sudah lebih dulu merasakan bencana gempa. Kami tahu bagaimana rasanya. Karena itu, kami ingin membantu semampu kami untuk meringankan beban saudara-saudara kami di Palu yang terkena bencana gempa bumi dan tsunami," ujar Kepala Dusun Beleq, Syahrir, di Lombok Utara, NTB, Senin.

Hasil dari penjualan ini akan diserahkan kepada Posko Kagama Care untuk kemudian disalurkan kepada warga Palu dan Donggala. Perwakilan Kagama Care, Beni Sulistiono, mengapresiasi sikap mulia dari warga Gumantar.

photo
Korban gempa di Desa Gumantar, Kecamatan Kayangan, Kabupaten Lombok Utara, menjual hasil bumi untuk disumbangkan kepada warga terdampak gempa di Palu dan Donggala. (Dok. Kagama Center)

Sebab, warga Desa Gumantar juga merupakan korban gempa bumi dengan kondisi psikologis yang masih mengalami trauma. "Semangat Gumantar ini diharapkan menjadi sebuah gerakan yang bisa ditularkan kepada kelompok masyarakat lainnya untuk peduli kepada sesamanya, bagaimanapun beratnya situasi dan kondisi yang dihadapi," kata Beni.

Desa Gumantar merupakan salah satu wilayah yang terkena dampak gempa yang paling parah karena hampir semua rumah tembok roboh. Saat ini, mereka masih tidur di tenda-tenda beratap terpal. 

Berbagai upaya rehabilitasi pascagempa telah dilakukan. Misalnya, perbaikan sistem saluran air bersih, masjid bambu, klinik lapangan, trauma healing, pengaktifan sekolah darurat dan pembentuan kelompok ekonomi kreatif sedang dan telah dilakukan guna membangkitkan semangat warga.

Baca Juga: Pemerintah tidak Tetapkan Tsunami Palu Jadi Bencana Nasional

Sementara itu, Bupati Lombok Utara Najmul Ahyar menyampaikan apresiasi setinggi-tingginya kepada para relawan yang membantu proses penanggulangan bencana gempa di Lombok Utara. "Dari awal, kehadiran relawan sunguh menjadi sesuatu yang sangat signifikan percepat proses penanggulangan gempa di Lombok Utara," ujar Najmul.

Menurutnya, para relawan datang dengan dana lembaga, maupun dana pribadi hanya untuk memberikan layanan kemanusiaan kepada warga terdampak gempa. "Mereka datang tanpa pamrih semata hanya untuk kemanusiaan, kita harus apresiasi," lanjutnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement