REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sejumlah sarana dan prasarana pelabuhan di wilayah Sulawesi Tengah mengalami kerusakan akibat gempa bumi berkekuatan 7,7 skala richter yang mengguncang Kabupaten Donggala, Sulawesi Tengah, Jumat (28/9) sore kemarin.
Direktur Jenderal Perhubungan Laut Kementerian Perhubungan, R Agus H Purnono mengatakan, pelabuhan Pantoloan yang berada di kota Palu mengalami kerusakan yang paling parah dibandingkan pelabuhan lainnya. Hal ini ditandai dengan robohnya Quay Crane di Pelabuhan Pantoloan. Ia memantau langsung dari Posko Khusus Pemantauan Gempa Sulawesi Tengah di Gedung Karsa Kementerian Perhubungan, Jakarta.
"Laporan sementara, Quay Crane di Pelabuhan Pantoloan roboh dan dengan kondisi ini layanan kepelabuhanan dihentikan menunggu hasil pengecekan lebih lanjut di lapangan," ujar Dirjen Agus dalam keterangan pers, Sabtu (29/9).
Ia juga mengatakan, laporan dari Pelabuhan Wani menyebutkan ada beberapa bangunan dan dermaga mengalami kerusakan. Diantaranya kapal KM Sabuk Nusantara 39 yang sedang bersandar di Pelabuhan Wani terlempar dan terbawa arus sejauh 70 meter dari dermaga akibat gelombang tsunami yang menerjang wilayah tersebut.
"Kapal KM Sabuk Nusantara 39 dalam kondisi tidak ada penumpang. Total Anak Buah Kapal (ABK) ada 20 orang. Saat kejadian, ada tiga orang ABK yang sedang turun ke darat untuk bertemu keluarganya sedangkan 17 ABK lainnya ada di atas kapal. Posisi kapal sendiri saat ini berada di sekitar 70 meter dari laut tepatnya di jalan menuju pelabuhan dan saat ini kapal menggunakan generator darurat untuk kelistrikannya," kata Agus.
Kerusakan akibat gempa juga terjadi di Pelabuhan Ogoamas. Ia menyebut, terjadi retak di Talaud dan terjadi pergeseran dermaga ke sisi kanan sepanjang 3 cm.
Sementara, berdasarkan laporan Agus mengatakan, Pelabuhan Ampana, Pelabuhan Luwuk, Pelabuhan Belang-Belang, dan Pelabuhan Majene dalam kondisi baik dan tidak ada kerusakan akibat gempa.
Ia menambahkan agar jajarannya di lokasi gempa tetap waspada terhadap gempa susulan yang masih terjadi sewaktu-waktu. Ia juga menginstruksikan terus melakukan pengawasan dan pengecekan adanya kerusakan pasca gempa bumi di pelabuhan.
Ditjen Perhubungan Laut juga telah membentuk Quick Response Team yang langsung diterjunkan ke lokasi bencana gempa bumi tersebut. Adapun kapal patroli kelas I dan kelas II dari KSOP Bitung dan Pangkalan PLP Bitung serta PLP Tual sebagai bagian dari Quick Response Team telah siap siaga.
"Kami telah membentuk Quick Response Team untuk membantu memberikan pertolongan bagi korban gempa. Saya juga menginstruksikan agar UPT di sekitar wilayah bencana gempa tersebut untuk memberikan pertolongan sebagai bagian dari Quick Response Team Ditjen Perhubungan Laut," tutur Agus.