REPUBLIKA.CO.ID, BANDAR LAMPUNG -- Gunung Anak Krakatau di Selat Sunda, Kabupaten Lampung Selatan, secara visual melalui CCTV pada malam hari, tampak mengeluarkan sinar api dan aliran lava pijar ke arah Selatan. Hal tersebut berdasarkan pengamatan sepanjang Rabu (26/9) hingga Kamis (27/9) dini hari.
Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) meneruskan laporan aktivitas Gunung Anak Krakatau oleh Windi Cahya Untung petugas dari Kementerian ESDM, Badan Geologi, PVMBG Pos Pengamatan Gunung Anak Krakatau melalui dalam rilis diterima di Bandarlampung, Kamis (27/9). Pada periode pengamatan 26 September 2018 dari pukul 00.00 WIB sampai dengan 24.00 WIB, Anak Krakatau menunjukkan secara visual kondisi gunung kabut 0-III dan asap kawah tidak teramati.
Berdasarkan pengamatan dari CCTV, sinar api dan aliran lava pijar ke arah Selatan. Terdengar suara dentuman dan dirasakan getaran dengan intensitas lemah hingga kuat di Pos Pengamatan Gunung Anak Krakatau.
Gunung api di dalam laut dengan ketinggian 338 meter dari permukaan laut (mdpl) ini mengalami pula aktivitas kegempaan letusan 447 kali, amplitudo 32-50 mm, durasi 20-245 detik. Gunung Anak Krakatau juga mengalami gempa Vulkanik Dangkal satu kali, amplitudo 6 mm, durasi 2 detik, dan tremor menerus amplitudo 2-32 mm (dominan 5 mm).
Saat diamati itu, kondisi cuaca cerah dan berawan. Angin bertiup lemah ke arah Timur dan Barat. Suhu udara 25-33 derajat Celsius, kelembapan udara 49-97 persen, dan tekanan udara 0-0 mmHg. Kesimpulan tingkat aktivitas Gunung Anak Krakatau Level II (Waspada), dan direkomendasikan masyarakat/wisatawan tidak diperbolehkan mendekati kawah dalam radius 2 KM dari kawah.