REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Upaya bom air atau water bombing sudah tidak mampu lagi untuk pemadaman kebakaran hutan dan lahan (Karhutla) di wilayah gambut di Sumatra Selatan. Sebab, banyaknya titik api di daerah tersebut.
“Kami sudah kewalahan, sudah 10 helikopter dikerahkan tapi water boombing sudah tidak teratasi karena titik kebakaran sangat banyak," kata Sekretaris BPBD Sumatera Selatan, Yana Pardiana, disela-sela seminar nasional Pusat Teknologi Pengembangan Sumberdaya Wilayah (PTPSW) BPPT di Jakarta, Selasa (18/9).
Dia mengatakan, dalam sepekan terakhir tidak terdeteksi awan di Sumsel sehingga semakin sulit memadamkan kebakaran dengan teknologi modifikasi cuaca. Satu-satunya upaya adalah water boombing dengan mengerahkan 10 helikopter yang sedikitnya setiap helikopter melakukan 50 kali pengeboman.
Terlebih lagi, prakiraan Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) musim kemarau akan semakin panjang hingga November 2018. Musim kemarau lemah ini setelah ada deteksi El Nino lemah.
Petugas dari BPBD Kab Ogan Ilir (OI) melakukan pemadaman kebakaran lahan di Sungai Rambutan, Indralaya Utara, Ogan Ilir (OI), Sumatra Selatan, Selasa (18/9). (Antara/Nova Wahyudi)
Pada Selasa, tercatat 37 titik api di Sumatera Selatan. Paling banyak kawasan gambut dan sering terbakar di Ogan Komering Ilir, Ogan Ilir dan Banyuasin, yang akan berdampak kabut asap hingga ke Kota Palembang.
"Ke depan kami mengharapkan ada teknologi baru seperti menciptakan awan, bukan hanya awan untuk modifikasi cuaca, karena seminggu terakhir di Sumsel tidak ada awan," katanya.
Dia mengatakan, untuk mengatasi Karhutla BPBD Sumsel selama ini sudah kerja sama dengan BPPT untuk teknologi modifikasi cuaca. Sebab, Sumsel mempunyai 1,4 juta hektare gambut yang saat ini sedang mengalami kebakaran di beberapa tempat di OKI dan Ogan Ilir.
Baca Juga: Modifikasi Cuaca untuk Atasi Kebakaran Lahan Terkendala Awan