Selasa 04 Sep 2018 21:07 WIB

Tepung Tawar Kepada Sandiaga Uno Sebuah Bentuk Doa Syukur

Pemberian tepung tawar ini hanya menjadi simbol ucapan syukur kepada Allah.

Acara pemberian tepung tawar kepada Sandiaga Uno, di Pekanbaru, Selasa (4/9),
Foto: Istimewa/Syahril Abubakar
Acara pemberian tepung tawar kepada Sandiaga Uno, di Pekanbaru, Selasa (4/9),

REPUBLIKA.CO.ID,  JAKARTA -- Ketua Umum Dewan Pimpinan Harian Lembaga Adat Melayu Riau, Syahril Abubakar, mengatakan masyarakat adat Melayu Riau memang memberikan doa bagi kesuksesan Sandiaga Uno. Dan ini diberikan dalam acara adat berupa pemberian tepung tawar kepadanya.

"Kami mendoakan kesuksesan kemenakan kami Sandiaga Uno dalam menggapai cita-citanya. Kami ingin belaiu berhasil. Dan apa yang diperbuatnya dapat menjadi contoh bagi para 'kemenakan' kami yang lain dalam berbuat dan mengabdi kepada bangsa dan negara,'' kata Syahril Abubakar, kepada Republika.co.id (4/9).

Bagi orang Riau posisi Sandiaga Uno sebagai bakal calon wakil presiden memang mengejutkan. Apalagi selama ini memang sangat jarang 'orang Riau' mampu menduduki jabatan strategis. Salah satu contohnya, kesempatan untuk menduduki jabatan sebagau menteri pun sangat sulit.

"Jadi acara pemberian tepung tawar ini hanya menjadi simbol ucapan syukur kepada Allah atas karunianya. Sandiaga adalah lahir di bumi kami sehingga menjadi karunia bila dia suatu waktu bakal menjadi orang penting. Sebelumnya, memang ada kemenakan kami yang lain, yakni  ustaz Abdul Somad, yang sempat dicalonkan menjadi wakil presiden. Tapi beliau tak bersedia. Uniknya, posisi itu jatuh kepada kemenakan kami yang lain, yakni Sandiaga Uno,'' ujarnya.

Menjawab pertanyaan apakah ini tidak menjadi bentuk dukungan kepada Sandiaga untuk menjadi cawapres, Syahril mengatakan, posisi lembaga adatnya adalah netral. Apalagi acara ini dilangsungkan sebelum waktu kampanye tiba. Jadi ini hanya merupakan sebatas doa atau syukuran atas posisi Sandiaga, yakni sejak dia menjabat sebagai wakil gubernur DKI Jakarta.

''Jadi tujuan acara ini ada dua. Pertama sebagai ucapan syukur bahwa di bumi Riau ini ada Tuan Sandi dapat maju mencalonkan diri sebagai wakil presiden. Kedua, sebagai ajang bagi masyarakat adat Melayu untuk mendoakan dia agar sukses. Perkara sikap lembaga kami di pilpres nanti, kami akan tetap netral,'' ungkapnya.

Sebelumnya, pada sora tadi, diberitakan Sandiaga Uno mendapatkan pemberian 'tepung tawar' (bukan mendapat gelar agat Melayu) dalam sebuah upacara adat di Pekanbaru. Pemberian tepung tawar itu lazim di diberikan orang Melayu kepada orang mereka hormati, misalnya untuk menyambut tamu atau untuk menyambut kedatangan seseorang yang mereka sayangi. Acara dilakukan dengan mengoleskan 'tepung tawar' ke bagian dahi orang tersebut.

Dalam upacara adat itu, Sandiaga Uno, duduk berdampingan dengan Ustaz Abdul Somad yang juga merupakan pengurus Majelis Kekerabatan Adat Nelayu Riau. Abdul Somad yang sebelumnya telah mendapat gelar adat 'Datuk Sri Ulama Setia Negara', dalam doa dan pidato singkatnya sempat menasehati Sandi sembari menukil rangkain syair Gurindam Dua Belas.

''Di atas mimbar Ustaz Abdul Somad menyitir salah satu pasal dalam Gurindam 12 yang berisi nasihat kepada pemimpin:Hendaklah berjasa kepada yang sebangsa. Hendak jadi kepala buang perangai yang cela. Hendak memegang amanat buanglah khianat,'' kata Anton, seorang pengusaha muda dan mantan Anggota KPU Provinsi Riau yang hadir dalam acara itu.

Anton kemudian mengutip apa yang dikatakan Sandiaga saat menanggapi nasihat Ustaz Abdul Somad. Sandiaga mengatakan bila sebenarnya dirinya hanya kebetulan saja dengan menjadi bakal calon presiden. Ini karena posisinya hanya menggantikan Ustaz Abdul Somad yang tak bersedia.

"Ini mungkin skenario Allah. Andai saja Ustaz Abdul Somad menyatakan bersedia menjadi bakal calon presiden, maka saya tidak akan berdiri (di podium) ini,'' kata Anton menirukan pernyatan Sandiaga Uno.

   

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement