Rabu 29 Aug 2018 18:19 WIB

Pascagempa, Luhut Sebut Gili Trawangan Sudah Didatangi Turis

Proses rekonstruksi pembangunan rumah yang rusak akibat gempa dimulai 1 September

Rep: Neni Ridarineni/ Red: Nidia Zuraya
Sejumlah wisatawan mancanegara berada di atas kapal cepat ketika tiba di Pelabuhan Bangsal, Lombok Utara, NTB, Senin (6/8). Sedikitnya 700 orang wisatawan bersama warga setempat dievakuasi dari Gili Trawangan, Gili Air dan Gili Meno menuju Pelabuhan Bangsal mengantisipasi terjadinya gempa susulan.
Foto: Zabur Karuru/Antara
Sejumlah wisatawan mancanegara berada di atas kapal cepat ketika tiba di Pelabuhan Bangsal, Lombok Utara, NTB, Senin (6/8). Sedikitnya 700 orang wisatawan bersama warga setempat dievakuasi dari Gili Trawangan, Gili Air dan Gili Meno menuju Pelabuhan Bangsal mengantisipasi terjadinya gempa susulan.

REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA -- Pemerintah menyatakan sektor pariwisata di Nusa Tenggara Barat (NTB) mulai bergeliat kembali pascagempa beruntun yang melanda sejumlah wilayah di provinsi tersebut. Hal ini terlihat dari mulai adanya wisatawan mancanegara (wisman) yang mendatangi sejumlah destinasi wisata di NTB.

"Saya mendapat laporan sudah ada turis asing yang mengunjungi Gilimanuk dan Gili Trawangan," ujar Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Sumber Daya, Luhut Binsar Panjaitan saat jumpa pers Rakor Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah dan Bank Indonesia mengenai Pengembangan Destinasi Pariwisata Prioritas di Hotel Royal Ambarukmo Yogyakarta, Rabu (29/8). 

Hal ini, kata Luhut, menandakan industri pariwisata di Lombok sudah mulai menggeliat pascagempa bumi. Ia juga bersyukur destinasi wisata baru di Lombok, yakni Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Mandalika, tidak terkena gempa bumi.

Diakui Luhut penanganan pasca gempa sudah mulai terpadu. Ia menegaskan kembali bahwa gempa Lombok tidak dinyatakan sebagai status bencana nasional, untuk menghindari keluarnya travel warning dari negara-negara lain.

"Jika sudah keluar travel warning, maka perusahaan asuransi tidak bersedia mengcover kunjungan wisatawan ke Indonesia. "Akibatnya yang menderita dari adanya travel warning adalah rakyat sendiri, seperti pengalaman saat menangani Bali," tuturnya.

Sementara itu, proses rekonstruksi pembangunan rumah-rumah yang rusak akibat gempa, lanjut Luhut, akan dimulai 1 September 2018. Tercatat sebanyak 70 ribu rumah rusak akibat gempa.

"Setiap kepala keluarga akan menerima bantuan Rp 50 juta. Dan, sesuai arahan Presiden Jokowi bantuan akan diberikan berdasarkan by name by address. Setap bulan ada 10 ribu rumah yang akan menerima bantuan," paparnya.

Untuk rekonstruksi, ungkap Luhut, disiapkan tukang dan bahan bangunan yang bisa dibeli di sana. "Sehingga harganya bisa dikontrol dan tidak bisa di-mark up orang lain dan disiapkan pendampingan."

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement