Selasa 28 Aug 2018 19:05 WIB

Pengungsi Gempa Lombok Mulai Terserang Penyakit

Sanitasi dan lingkungan pengungsian kurang higienis.

Rep: Muhammad Nursyamsyi/ Red: Nur Aini
Kondisi pengungsi di Dusun Terengan Tanak Ampar, Desa Pemenang Timur, Kecamatan Pemenang, Kabupaten Lombok Utara, NTB, Senin (13/8).
Foto: Republika/Muhammad Nursyamsi
Kondisi pengungsi di Dusun Terengan Tanak Ampar, Desa Pemenang Timur, Kecamatan Pemenang, Kabupaten Lombok Utara, NTB, Senin (13/8).

REPUBLIKA.CO.ID, MATARAM -- Tim Medis dari NU Peduli, Danang, mengatakan para korban terdampak gempa yang tinggal di pengungsian mulai terserang penyakit diare, ISPA, dan gatal-gatal kulit. Kondisi itu terutama dirasakan pengungsi di Kabupaten Lombok Utara (KLU), Nusa Tenggara Barat (NTB).

"Hal terjadi karena kurang higienisnya sanitasi dan kondisi lingkungan di lokasi pengungsian," ujarnya di Posko NU Peduli di Aula PW NU, Jalan Pendidikan, Kota Mataram, NTB, Selasa (28/8).

Danang menduga, merebaknya kasus diare dan gatal kulit bersumber dari aktivitas di asal air yang didistribusikan ke sejumlah lokasi pengungsian yang tidak higienis dari sisi kesehatan. "Awal-awal terjadi gempa di KLU banyak pengungsi yang memanfaatkan sungai sebagai MCK karena kondisi yg darurat. Kemudian di hilir sungai itu diambil airnya untuk didistribusikan ke sejumlah pengungsian," kata dia.

Danang menyebutkan untuk aktivitas masak dan keperluan minum, air yang dipasok tersebut dimasak secara baik. Namun, air untuk cuci tangan dan mandi diketahui menggunakan air yang tidak bersih tersebut. "Inilah salah satu penyebab munculnya penyakit diare atau gatal-gatal," ucap Danang.

Kendati begitu, Danang menyampaikan jumlah penyakit diare dan ISPA sudah bisa ditekan berkat kesadaran pengungsi yang mulai mengubah perilaku hidupnya untuk lebih sehat. Selain itu mulai terpasangnya sejumlah MCK di lokasi pengungsian berkontribusi menekan penyebaran penyakit ISPA, diare, dan gatal-gatal.

"Justru ada indikasi munculnya gejala penyakit tipus akibat menumpuknya sampah di pengungsian yang mengundang lalat sebagai biangnya," ucapnya.

Menurut dokter muda dari Universitas Brawijaya tersebut, permasalahan kesehatan di lokasi pengungsian sangatlah kompleks dan sulit diduga timbulnya berbagai penyakit yang muncul. Hal itu terkait dengan daya tahan ataupun imunitas tubuh masing-masing pengungsi yang berbeda.

 "Secara umum, semakin bersih sanitasi dan pola hidup sehat di lingkungan pengungsian, maka daya tahan tubuh juga makin memiliki imunitas dalam menghadapi penyakit," ujarnya.

Untuk mencegah menyebarnya penyakit khas di pengungsian tersebut, Tim Medis NU Peduli selain melakukan upaya kuratif yakni menyembuhkan penyakit. Mereka juga melakukan upaya preventif  terhadap menjangkitnya penyakit, baik melalui aksi di lapangan, ataupun penyuluhan.

"Selain itu juga melakukan upaya rehabilitasi pasien yg terdampak agar makin sehat dan paripurna kondisi kesehatannya," ungkapnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement