Rabu 08 Aug 2018 00:10 WIB

Gempa Susulan di NTB Capai 256 Kali

Kekuatan gempa susulan masih lebih kecil dibandingkan gempa utama.

Rep: Rr Laeny Sulistyawati, Muhammad Nursyamsyi/ Red: Ratna Puspita
Sejumlah anak bermain di tenda darurat di tempat penampungan pengungsi korban gempa bumi di Pemenang, Lombok Utara, Lombok Utara, NTB, Selasa (7/8).
Foto: Zabur Karuru/Antara
Sejumlah anak bermain di tenda darurat di tempat penampungan pengungsi korban gempa bumi di Pemenang, Lombok Utara, Lombok Utara, NTB, Selasa (7/8).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Badan Meteorologi dan Geofisika (BMKG) mencatat gempa bumi susulan yang terjadi di Nusa Tenggara Barat (NTB) mencapai 256 kali. Gempa susulan ini mengguncang NTB pascagempa utama 7 skala richter (SR) pada Ahad (5/8) malam hingga Selasa (7/8) siang. 

"BMKG mencatat update gempa bumi susulan pascagempa utama 7 SR Ahad malam hingga Selasa pukul 14.00 WITA sebanyak 256 kali. Gempa susulan yang dirasakan sebanyak 17 kali," ujar Kepala Bagian Humas BMKG Indonesia Hary Djatmiko, saat dihubungi Republika.co.id, Selasa.

Ia mengakui, jumlah gempa susulan ini mengalami peningkatan dibandingkan tadi pagi. Sebelumnya, hingga Selasa pagi pukul 07.00 WITA, BMKG mencatat gempa bumi susulan sebanyak 230 kali. 

Kendati demikian, ia menegaskan, kekuatan gempa susulan masih lebih kecil dibandingkan gempa utama. Dari jumlah tersebut, gempa susulan yang dirasakan sebanyak 16 kali. 

Disinggung mengenai kemungkinan tsunami yang terjadi seperti gempa utama, Hary menyebut tidak ada. "Semenjak BMKG mencabut peringatan dini tsunami pada Ahad (5/8) malam, sudah tidak ada lagi peringatan dini tsunami," katanya.

Gempa dengan kekuatan 7 SR mengguncang Lombok pada Ahad (5/8). Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) mencatat jumlah korban meninggal akibat gempa bumi di Lombok hingga Selasa (7/8) pukul 12.00 Wita mencapai 108 orang, sedangkan korban luka-luka sebanyak 134 orang.

Kemungkinan jumlah korban luka akan mengalami peningkatan. "Karena pasien cenderung dinamis, tadi ada 50 pasien yang sudah dioperasi, dari total 87 pasien yang harus dioperasi," ujar Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Willem Rampangilei di Lombok Utara, NTB, Selasa (7/8).

Sisa 37 pasien lainnya sedang menunggu fasilitas untuk operasi tulang terbuka dan tertutup. Willem mengatakan, tantangan pelayanan medis ialah banyak pasien yang masih trauma berada di dalam ruangan.

"Di sini pada trauma, pada umumnya saat operasi atau setelah operasi tidak mau di gedung, maunya di luar," lanjutnya. 

Tim operasi gabungan, kata dia, juga terus melakukan pencarian dam penyelamatan korban yang masih berada di bawah reruntuhan bangunan. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement