REPUBLIKA.CO.ID, BRASILIA — Pada tahun 2025, Brasil akan menjadi tuan rumah dua pertemuan global paling penting dalam upaya melawan perubahan iklim, yaitu Pertemuan Perubahan Iklim PBB (COP30) Konvensi Kerangka Kerja Perserikatan Bangsa-Bangsa tentang Perubahan Iklim (UNFCCC) dan KTT ke-17 BRICS.
Menurut ahli hukum internasional dari Universitas Federal Minas Gerais (UFMG) Professor Lucas Carlos Lima, dua kegiatan ini tidak hanya momentum diplomasi biasa tetapi juga titik balik strategis bagi masa depan tata kelola lingkungan global.
“COP30 jelas merupakan forum utama untuk negosiasi iklim dunia, namun jangan remehkan pengaruh BRICS yang sedang mengalami proses ‘penghijauan’ signifikan. Ini menandai transformasi blok tersebut dari sekadar kekuatan ekonomi-politik menjadi aktor proaktif dalam tata kelola keberlanjutan global," tulis Lima dalam artikelnya yang dipublikasi di Modern Diplomacy, Jumat (18/4/2025).
BRICS yang terdiri dari Brasil, Rusia, India, Cina, Afrika Selatan serta anggota tambahan seperti Mesir dan Indonesia, sudah menunjukkan peningkatan dalam menyelaraskan rencana-rencana strategis dengan isu-isu lingkungan. Dalam deklarasi bersama para menteri lingkungan tahun 2024 lalu di Rusia, kelompok ini menegaskan kini perubahan iklim menjadi prioritas utama mereka.
Lima menjelaskan agenda baru ini mencerminkan ambisi BRICS untuk tidak hanya menantang tatanan dunia saat ini secara ekonomi dan geopolitik tetapi juga berkontribusi pada solusi keberlanjutan jangka panjang.