Ahad 05 Aug 2018 15:53 WIB

Video Seruan Jokowi

Bila ada yang melakukan kekerasan, maka pendukung Jokowi harus berani melawan.

Rep: Mabruroh/ Red: Joko Sadewo
Presiden Joko Widodo menyampaikan sambutan dalam Rapat Umum Relawan Jokowi di Sentul Internasional Convention Center, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, Sabtu (4/8).
Foto: Antara/Arif Firmansyah
Presiden Joko Widodo menyampaikan sambutan dalam Rapat Umum Relawan Jokowi di Sentul Internasional Convention Center, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, Sabtu (4/8).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sekjen Partai Solidaritas Indonesia (PSI), Raja Juli Antoni, menyebut tidak ada tindakan Jokowi, yang mempromosikan pendukungnya untuk melakukan kekerasan. Diharapkan tidak ada upaya untuk memelintir seruan Jokowi kepada relawannya.

"Pernyataan Pak Jokowi pada saat pertemuan relawan oleh lawan politik diplintir, dipotong dan dicabut dari konteksnya sehingga yang ditampilkan di publik seolah-oleh Pak Jokowi memprovokasi agar terjadi benturan di akar rumput," ungkap Raja Juli melalui siaran pers, Ahad (5/8).

Menurutnya, fitnah tersebut muncul karena tidak mengetahui konteks asli pernyataan Jokowi. Bila dibaca dengan seksama, kata Raja Juli, pernyataan Jokowi tidak ada seruan untuk memprovokasi para pendukungnya untuk melakukan kekerasan dalam bentuk apapun. Seruan tersebut kata dia, telah diedit sedemikian rupa sehingga menimbulkan makna yang berbeda

Adapun seruan Jokowi kepada relawannya yakni, "Tidak usah suka mencela, tidak usah suka menjelekkan orang lain. Tapi kalau diajak berantem juga berani, tapi jangan ngajak lho. Saya bilang tadi, tolong digarisbawahi. Jangan ngajak. Kalau diajak, tidak boleh takut.”

Seruan tersebut, menurut Raja Juli justru menegaskan agar relawan Jokowi jangan saling mencela dan menjelekkan saat berkampanye. Jokowi pun ungkapnya, melarang para pendukungnya melakukan tindakan kekerasan.

"Pak Jokowi juga melarang para pendukungnya untuk tidak mengambil inisiatif melakukan tindak kekerasan dalam bentuk apa pun," ungkap Raja Juli.

Hanya saja, ujar dia, sebagai bentuk defensif, mempertahankan diri, bila ada yang melakukan kekerasan, maka pendukung Jokowi harus berani melawan. Namun, sekali lagi, tambah dia, sifatnya hanya untuk pertahanan diri bukan ofensif.

"Dalam studi Hubungan Internasional, ada terminologi the last resort  artinya tindakan militeristik mungkin dilakukan sebagai alternatif terakhir yang mesti diambil bila alternatif damai untuk menyelesaikan masalah tidak bisa dilakukan lagi," ungkap dia.

Oleh karena itu, dia mengartikan bahwa anjuran Jokowi kepada para pendukungnya justru untuk tidak saling berkelahi dengan pendukung pihak lawan. Karena di tahun politik, apapun bisa membuat gaduh masyarakat.

"Sekali lagi, di tahun politik ini, jangan main fitnah dengan memplintir pernyataan yang membuat gaduh masyarakat," kata dia.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement