REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kementerian Sosial RI menurunkan 60 personel Taruna Siaga Bencana (Tagana), tim Layanan Dukungan Psikososial (LDP), serta menyalurkan berbagai bantuan logistik menyusul gempa bumi berkekuatan 6,4 Skala Richter (SR) yang mengguncang Nusa Tenggara Barat (NTB), Ahad (29/7) pagi.
“Bantuan logistik sudah dalam perjalanan menuju lokasi terdampak gempa. Tim LDP melaporkan bahwa mereka juga sudah bergerak. Kita upayakan bantuan secepat-cepatnya untuk penanganan warga terdampak gempa,” ujar Direktur Jenderal Perlindungan dan Jaminan Sosial Kementerian Sosial, Harry Hikmat dalam keterangannya di Jakarta, Ahad (29/7).
Harry mengatakan, untuk pertolongan pertama, Kampung Siaga Bencana Desa Darakunci Kecamatan Sambalia Kabupaten Sumba Timur telah melakukan evakuasi bersama Tagana. Bantuan logistik seperti matras, tenda, perlengkapan anak, perlengkapan lansia, makanan siap saji, dan lainnya dikirimkan bertahap.
“Dapur umum akan didirikan di titik pengungsian. Segera kami informasikan updatenya,” kata dia.
Untuk penanganan gempa di NTB, menurut Harry, layanan dasar korban terdampak sudah dilakukan sebagaimana yang selalu ditekankan Menteri Sosial. Bahwa sesaat setelah terjadinya bencana Kemenso bersama dinsos setempat harus respons cepat, segera turun ke lokasi dan membawa bantuan.
Kamudian, lanjut Harry, akan dilakukan pendataan jumlah korban dan santunan untuk korban luka maupun korban meninggal. Hingga Ahad siang, tercatat 10 orang meninggal dunia, 40 orang luka-luka dan sedikitnya 300 rumah rusak.
Menurut Harry, data tersebut akan terus diperbarui karena tim masih terus melakukan pendataan. Sesuai SOP, untuk korban meninggal akan mendapat santunan Rp 15 juta per orang yang diserahkan kepada ahli waris. "Sementara untuk korban luka mendapat bantuan biaya pengobatan sebesar Rp 2,5 juta per orang. Namun ini tentunya akan diserahkan menunggu seluruh data masuk,” kata Harry menutup.