REPUBLIKA.CO.ID, SIDOARJO -- Kepolisian menduga bom di lantai 5 blok B Rusunawa Wonocolo, Sepanjang, Sidoarjo, pada Ahad (13/5) malam tidak sengaja meledak. Kendati demikian, kepolisian masih melakukan penyelidikan untuk memastikan pemicu bom meledak.
“Begini, penyelidikan masih berlangung, tetapi kalau meledak di rumah, tidak sengaja, meledak sendiri sehingga anak dan ibunya meninggal dan dua lainnya luka,” kata Kabid Humas Polda Jatim Kombes Frans Barung Mangera di Sidoarjo, Senin (14/5) dini hari WIB.
Ada enam orang yang menjadi korban akibat ledakan bom yang terjadi di rusunawa itu. Dari keenam korban tersebut, tiga di antaranya meninggal dunia.
Korban meninggal dunia adalah Anton Febrianto (47 tahun) yang merupakan kepala keluarga, istrinya bernama Puspita Sari (47), dan satu anak perempuannya bernama Rita Aulia Rahman (17).
Saat ini, polisi sudah selesai melakukan proses evakuasi terhadap para pelaku yang meninggal dunia. “Kendaraan sudah membawa jenazah ketiganya, ke Rumah Sakit Bhayangkara,” kata Frans.
Sementara itu, tiga korban lainnya, yang merupakan anak Anton dan Puspita, dinyatakan masih hidup. Ketiganya tidak mengalami luka dan dua harus menjalani perawatan.
Korban selamat, AR (15), membawa kedua adik perempuannya, FP (11) dan GHA (10), ke rumah sakit. Frans mengatakan, FP dan GHA saat ini dirujuk ke Rumah Sakit Bhayangkara.
Selain membawa jenazah pelaku, kepolisian juga mengamankan barang-barang yang diduga sebagai bom milik pelaku. Frans mengatakan, semua bom yang diamankan merupakan rakitan.
Pelaku yang diketahui bernama Anton saat akan ditangkap masih memegang switching yang akan digunakan untuk meledakkan bom. “Dia masih hidup dan memegang switching setelah ledakan pertama, sementara istri dan seorang anaknya meninggal, anaknya yang lain membawa dua adiknya ke rumah sakit,” kata Frans.
Karena tidak mau mengambil risiko, Frans mengatakan, polisi terpaksa melumpuhkan Anton. “Sekarang, kami masih harus melakukan sterilisasi sehingga masyarakat baru bisa kembali ke rusun besok,” kata dia.
Ledakan di rusunawa itu menambah rentetan panjang teror bom karena pada hari yang sama, Ahad pagi, ledakan terjadi di tiga gereja di Surabaya. Frans mengatakan, aksi teror bom di tiga lokasi mengakibatkan 13 orang meninggal dan 43 harus menjalani perawatan di rumah sakit.
“Dari 13 yang meninggal, tujuh merupakan warga dan enam merupakan pelaku yang merupakan satu keluarga,” kata dia.