REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sekretaris Umum Persekutuan Gereja-Gereja di Indonesia (PGI), Pendeta Gomar Gultom, menyampaikan, duka cita mendalam kepada semua korban tindakan kekerasan di Kota Surabaya Surabaya. Ledakan bom terjadi di tiga gereja, yakni GKI Diponegoro, GPPS Jalan Arjuna, dan Santa Maria Ngagel, Ahad (13/5) pagi.
“Semoga semua keluarga diberikan kekuatan oleh Yang Maha Kuasa,” kata Pendeta Gomar melalui keterangan tertulis yang diterima Republika, Ahad (13/4).
Terkait rangkaian kekerasan oleh para teroris pekan ini di Mako Brimob dan gereja-gereja di Surabaya, Pendeta Gomar mengatakan, tindak kekerasan dengan alasan apapun tidak akan pernah mampu menyelesaikan masalah. Ia menerangkan, tindakan kekerasan hanya akan melahirkan lingkaran kekerasan yang pada akhirnya menuju kehancuran.
“Lihatlah Suriah yang luluh lantak oleh kekerasan demi kekerasan,” kata dia.
Kedua, ia mengatakan, sesungguhnya tidak ada agama yang mengajarkan kekerasan dan pembunuhan. Ia menegaskan, agama apapun mengajarkan kemanusiaan, damai dan cinta kasih.
"Kesesatan berpikirlah yang membawa penganut agama melakukan kekerasan dan tindak terorisme,” kata dia.
Suasana di depan Gereja Kristen Indonesia Jalan Diponegoro seusai ledakan. (Republika/Dadang Kurnia)
Ketiga, dia menyerukan, para pemimpin agama perlu lebih serius mewaspadai munculnya para pendukung kekerasan dan tindak terorisme ini dengan berbalutkan penginjil atau pendakwah. "Program deradikalisasi BNPT (Badan Nasional Penanggulangan Terorisme) akan sia-sia jika masyarakat justru memberi panggung kepada para pemimpin agama yang menyebarkan paham radikalisme dan kekerasan lewat dakwah-dakwahnya," ujarnya.
Pendeta Gomar mengimbau kepada para pemimpin agama dan masyarakat untuk tidak memberi angin dan simpati kepada pelaku kekerasan serta terorisme. Dia juga mengimbau masyarakat menghentikan penyebaran foto dan video karena itu justru tujuan teroris. Yakni menebarkan rasa takut di tengah masyarakat.
Ia menghimbau masyarakat untuk menebarkan kasih dan rasa damai melalui ragam media. Menghimbau seluruh elit politik dan masyarakat untuk menghentikan komentar yang justru memperkeruh keadaan.
"Janganlah menggunakan peristiwa kekerasan dan tindak terorisme ini untuk menangguk kepentingan politik dan sesaat, karena harga yang sedang dipertaruhkan adalah masa depan bangsa," tegasnya.
Ia menegaskan, tidak perlu takut menghadapi ancaman terorisme. Dia mengatakan, masyarakat perlu menyerahkan sepenuhnya kepada penanganan negara.