Kamis 03 May 2018 06:45 WIB

Insiden Bagi Sembako, Pakar: Harus Ada yang Tanggung Jawab

Polisi diminta bersikap transparan dan membeberkan hasil penyelidikannya ke publik.

Rep: Umar Mukhtar/ Red: Teguh Firmansyah
Orang tua dari korban tewas dalam acara bagi-bagi sembako di Monas, melaporkan Ketua Panitia Acara Untukmu Indonesia ke Bareskrim KKP Gambir Jakarta Pusat, Rabu (2/5), didampingi kuasa hukumnya.
Foto: Republika/Rahma Sulistya
Orang tua dari korban tewas dalam acara bagi-bagi sembako di Monas, melaporkan Ketua Panitia Acara Untukmu Indonesia ke Bareskrim KKP Gambir Jakarta Pusat, Rabu (2/5), didampingi kuasa hukumnya.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pakar hukum pidana dari Universitas Indonesia Teuku Nasrullah menilai kepolisian harus mengusut tuntas insiden tewasnya dua bocah dalam kegiatan Forum Untukmu Indonesia di Monas Sabtu (28/4) lalu. Menurut dia, harus ada ada yang bertanggung jawab atas tewasnya dua bocah tersebut.

Nasrullah mengatakan, jangan sampai keterbelakangan mental yang dimiliki bocah itu membuat kepolisian tidak menjerat siapa pelaku yang menyebabkan dua anak tewas dalam pembagian sembako gratis di Monas itu. Polisi, harus memeriksa mulai dari inisiator acara sampai panitia penyelenggara.

"Siapa pun yang terlibat di situ harus diperiksa polisi. Penyelenggara sampai siapa yang membuat program itu. Semua harus diusut. Programnya siapa itu, masa bermain di ranah-ranah yang membahayakan nyawa orang lain sampai ada yang meninggal," kata dia kepada Republika.co.id, Rabu (2/5).

 

Baca juga, Polisi Janji Usut Insiden Pembagian Sembako di Monas.

 

Nasrullah mengatakan, kalau temuan polisi berbeda dengan anggapan masyarakat yang menilai dua bocah tewas saat bagi-bagi sembako, polisi harus membeberkan seluruh fakta selengkap-lengkapnya kepada publik. Jangan sampai, lanjutnya, ada yang ditutup-tutupi terkait pengusutan insiden tersebut.

"Kalau faktanya bukan seperti yang diasumsikan oleh publik ya beberkan sehingga tidak menimbulkan tafsir yang macam-macam di publik. Publik bisa menguji penjelasan kepolisian, dan jangan ada yang ditutupi," tuturnya.

Menurut Nasrullah, jika polisi menutup rapat tentang pengusutan tewasnya dua bocah tersebut, jangan salahkan publik yang menilai temuan polisi itu tidak sesuai dengan fakta yang terjadi di lapangan. Sebab, ia mengatakan, saat ini publik punya asumsi dua bocah itu tewas saat pengambilan sembako gratis.

"Itu kan tidak baik bagi pencitraan pemerintahan kalau seperti itu (menutup rapat kasus tewasnya dua bocah di Monas), ini akan berdampak pada citra Presiden Jokowi. Karena itu kan dalam rangka pembagian sembakonya kan ke sana," kata dia.

Sebelumnya, Kabid Humas Polda Metro Jaya, Kombes Argo Yuwono, membantah dua anak yang tewas pada acara Forum Untukmu Indonesia di Monas, Jakarta Pusat, Sabtu (28/4) lalu, itu akibat mengantre sembako gratis. Argo pun menyebut salah satu korban, yakni MR, memiliki keterbelakangan mental.

"Setelah kita tanya dokter yang jaga, yang bersangkutan kekurangan cairan atau dehidrasi dan suhu badan tinggi. Menurut keterangan orang tua korban, korban ada riwayat keterbelakangan mental," papar Argo saat ditemui di Mapolda Metro Jaya, Selasa (1/5) kemarin.

Pihaknya membantah bahwa kedua anak tersebut tewas akibat mengantre sembako. Petugas kepolisian di sekitar Monas menyebut korban MJ (13) tergeletak di sekitaran Monas, lalu dibawa ke RS Tarakan masih dalam keadaan hidup. Namun, nahas beberapa menit kemudian MJ dinyatakan meninggal.

Kemudian, untuk korban tewas lainnya, MR (12), juga dinyatakan meninggal pada Ahad (29/4) setelah sehari sebelumnya dibawa ke RS Tarakan. "Setelah dicek kita dapatkan anak ini meninggal pada hari Minggu pukul 05.00 WIB," kata Argo.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement