REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kepala Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Dwikorita Karnawati mengingatkan masyarakat Jakarta tentang gempa yang pasti akan terjadi di Ibu Kota. Ia juga meminta Pemprov DKI Jakarta menyiapkan langkah-langkah mitigasi terkait kemungkinan tersebut.
"Apa pun kajian para pakar nantinya itu, yang pasti gempa masih akan terus terjadi dan itu termasuk di Ibu Kota Jakarta yang banyak gedung-gedungnya. Jadi, kapan dan berapa itu yang kita belum bisa memastikan. Yang pasti, akan terjadi," kata Dwi korita dalam diskusi di Auditorium BMKG, Jakarta Pusat, Rabu (28/2). Diskusi itu membahas kemungkinan terjadinya gempa bumi megathrust 8,7 dan kesiapan Jakarta menghadapinya.
Ia mengatakan, meski waktu dan besarnya gempa tersebut belum bisa diketahui, masyarakat harus tetap waspada. Ia menekankan, semua pihak, baik masyarakat mau pun pemerintah, harus siap mengambil sikap sejak saat ini.
Menurut Dwikorita, Jakarta menjadi salah satu yang diperhatikan karena tanah di Jakarta bersifat lunak sehingga guncangan gempa bisa lebih terasa kencang. "Tanah endapan rawa yang apabila mengalami gempa entah dari mega thrust atau patahan, entah dari mana sumber gempanya itu, guncangannya dapat terasa kuat," kata Dwikorita.
Saat ini, ia menambahkan, beberapa daerah di Amerika, seperti San Fransisco dan Los Angeles, telah menyiapkan mitigasi gempa. Mitigasi gempa tersebut bahkan telah dilakukan sejak bertahun-tahun yang lalu.
Mantan rektor UGM ini pun meminta pemerintah untuk segera menetapkan kebijakan terkait mitigasi gempa. "Yang jelas, kami mohon dari BPBD atau pemprov, mumpung belum telanjur, dapat segera menetapkan kebijakan-kebijakan untuk mitigasinya," ujar dia.
Salah satu kebijakan mitigasi itu, kata Dwikorita, adalah mengaudit gedung-gedung di DKI Jakarta. Pemerintah harus menelisik apakah konstruksinya sudah sesuai bangunan yang ada di daerah rentang gempa.
Dwikorita mengatakan, bangunan yang aman gempa bukan berarti tetap berdiri kokoh meski terjadi gempa besar. Ia menjelaskan, bangunan yang aman adalah yang bisa bertahan cukup lama sampai orang di dalamnya menyelamatkan diri.
Selain itu, ia menambahkan, konstruksi bangunan harus ringan. Dengan begitu, apabila terpaksa ada yang terkena reruntuhan, orang tersebut tidak terluka parah atau terbunuh.
Selain mengatur secara pemenuhan fasilitas, Dwikorita juga mengatakan, edukasi terkait penanganan gempa pun tidak kalah penting. Anak-anak harus diajari sejak dini apa saja yang mesti dilakukan saat terjadi gempa.
Terkait paparan BMKG tersebut, Wakil Gubernur DKI Jakarta Sandiaga Uno mengatakan, pelatihan untuk anak-anak apa bila terjadi gempa merupakan hal yang penting. Ia ingin membuat taman khusus untuk melatih anak-anak apabila terjadi gempa.
"Kemarin di Jepang saya datang ke tempat khusus belajar antisipasi bencana, setiap harinya ribuan anak sekolah datang ke situ dan mereka belajar bagaimana apa yang harus dilakukan ketika musibah itu datang," kata Sandiaga di Auditorium BMKG, kemarin.
Ia mengatakan, Jakarta memiliki banyak lahan yang bisa dimanfaatkan. Terkait hal tersebut, ia ingin bekerja sama dengan BMKG untuk membangun taman tempat belajar antisipasi bencana.
Selain itu, untuk mengantisipasi ketika terjadi gempa, Sandiaga menilai perlu banyak dilakukan earthquake drill atau latihan apabila terjadi gempa. "Jangan sampai kejadian 8,7 magnitudo tapi kita belum drill," ujar Sandiaga.
Anggota Komisi V DPR, Sadarestuwati, juga meminta Pemerintah Provinsi DKI Jakarta memberikan perhatian lebih kepada persiapan menghadapi bencana. Ia menekankan, BMKG sebagai pihak yang berperan dalam persiapan menghadapi bencana memiliki tugas yang berat dan membutuhkan anggaran yang besar.