Sabtu 24 Feb 2018 20:06 WIB

Polisi tak akan Tutup Hotline untuk Kasus Novel

Ada 900 telepon dan sekitar 500 pesan dari orang yang berniat memberikan informasi.

Rep: Arif Satrio Nugroho/ Red: Andi Nur Aminah
Kepala Bidang Humas Polda Metro Jaya Raden Prabowo Argo Yuwono
Foto: RepublikaTV/Havid Al Vizki
Kepala Bidang Humas Polda Metro Jaya Raden Prabowo Argo Yuwono

REPUBLIKA.CO.ID,  JAKARTA -- Meski hotline yang disiapkan Polda Metro Jaya untuk menerima informasi terkait sketsa wajah penyerang Novel Baswedan belum membuahkan hasil, hotline tersebut tidak akan ditutup. Kepala Bidang Humas Polda Metro Jaya Komisaris Besar Polisi Ras the Prabowo Argo Yuwono menyatakan, hotline tersebut akan tetap dibuka. "Tidak," kata Argo saat ditanya terkait penutupan hotline tersebut, Sabtu (24/2).

Menurut Argo, sudah ada 900 telepon dan sekitar 500 pesan dari orang yang berniat memberikan info pada Polda Metro Jaya terkait kasus penyerangan Novel. Bahkan menurut Argo sempat ada yang menghubungi kepolisian terkait sketsa wajah penyerang Novel beberapa waktu lalu.

"Ada SMS dan telepon kemarin satu yang berkaitan dengan sketsa wajah. Tapi yang bersangkutan alamatnya tidak sama. Kalau alamatnya tidak ada, bagaimana, susah," kata Argo menjelaskan.

Polisi diketahui sudah menggambarkan sketsa orang-orang yang diduga berkaitan dengan penyerangan Novel. Namun, identitas orang tersebut pun masih abu-abu. "Identitas belum ada," ucap Argo.

Sudah sepuluh bulan kasus Novel berada dalam penanganan Polda Metro Jaya. Hingga kini bukti-bukti yang diperoleh polisi masih belum bisa menunjukkan titik terang pelaku penyiraman Novel. Meskipun, sketsa wajah terduga pelaku telah dibuat.

Polri bahkan sempat meminta bantuan kepolisian Australia, namun hasilnya juga nihil. Novel Baswedan mengalami penyerangan berupa penyiraman air keras berjenis Asam Sulfat atau H2SO4 pada Selasa (11/4). Sampai saat ini, pria yang menangani kasus megakorupsi KTP elektronik itu pun kini menjalani perawatan intensif di Singapura untuk menyembuhkan penglihatannya imbas penyerangan itu.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement