Kamis 22 Feb 2018 18:22 WIB

Pegawai KPK: Novel Baswedan Bukan Selebritas

Harun meminta Novel diberikan waktu yang cukup dan jangan dikejar-kejar wartawan

Penyidik Senior Komisi Pemberantasan Korupsi Novel Baswedan tiba di Masjid dekat kediamannya di kawasan Kelapa Gading, Jakarta, Kamis (22/2).
Foto: Republika/Putra M. Akbar
Penyidik Senior Komisi Pemberantasan Korupsi Novel Baswedan tiba di Masjid dekat kediamannya di kawasan Kelapa Gading, Jakarta, Kamis (22/2).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Wakil Ketua Wadah Pegawai KPK Harun Al-Rasyid mengingatkan Novel Baswedan dan masyarakat bahwa Novel bukanlah selebritas. Harun meminta agar para wartawan memberikan kesempatan Novel untuk memulihkan kesehatannya.

"Saudaraku, engkau adalah pejuang, engkau bukan selebriti. Karena itu pesan dari teman-teman, aturlah waktumu. Engkau masih harus bolak-balik ke Singapura, teman-teman jurnalis harus mengerti. Berikan kesempatan beliau untuk memulihkan kesehatannya," kata Harun saat penyambutkan Novel di Gedung KPK Jakarta, Kamis (22/2).

Novel Baswedan tiba di gedung KPK sekitar pukul 13.05 WIB. Ia turun dari mobil didampingi oleh Wakil Ketua KPK Laode M Syarif yang menjemputnya di Bandara Soekarno Hatta.

Selain Laode, para pegawai KPK dan aktivis anti korupsi juga menyambut Novel dengan kompak berpakaian putih, termasuk di dalamnya mantan Ketua KPK Abraham Samad juga mengenakan kemeja putih yang memberikan pelukan saat bertemu Novel.

"Berikan waktu yang cukup jangan terlalu (Novel) dikejar-kejar. Mohon dengan sangat karena beliau minggu depan juga harus kontrol ke Singapura dan sebulan berikutnya harus melakukan operasi besar," kata Harun.

Ia mengingatkan Novel bahwa bisa saja ada beberapa pihak yang menumpang popularitas Novel dan bahkan menawarkan jabatan politik. "Kami sangat yakin saudaraku bahwa dengan kehadiranmu di negeri ini akan banyak orang-orang yang 'numpang' tenar dengan dirimu, akan banyak orang politik yang mencoba mendekatimu, hanya hadir di rumahmu, untuk meningkatkan popularitasnya," ungkap Harun.

Harun berharap Novel pun dapat dengan bijak memilih orang-orang dekatnya. "Saudaraku, engkau sudah pintar, sudah 10 tahun menjadi penyidik KPK, pilihlah kira-kira mana orang-orang yang hanya menumpang ketenaran dengan kehadiranmu ini. Hati-hati," ungkap Harun.

Harun juga meminta agar polisi dapat mengungkap pelaku penyerangan Novel yang belum ditangkap selama lebih dari 10 bulan. Dia mengatakan, janganlah berharap kepada manusia. Polisi dan tim penyidik Polri itu hanya jalan, kalau mau terungkap banyaklah meminta kepada Allah.

"Engkau adalah manusia terpilih di antara manusia lain. Kenapa Allah memilihmu, karena Allah yakin engkau sanggup atas cobaan ini. Belum tentu pegawai-pegawai KPK, teman-teman dan saya, juga mengatakan pimpinan, belum tentu juga loh pimpinan bisa sanggup menanggung beban seperti ini harus berpisah 10 bulan dengan keluarga dengan biaya yang tidak sedikit," ungkap Harun.

Tidak ketinggalan, Harun mengingatkan agar Novel juga berdoa agar Presiden Joko Widodo mau membentuk Tim Gabungan Pencari Fakta (TGPF) untuk mengungkap pelaku penyerangan Novel.

"Kalau engkau ingin Presiden membuat TGPF, minta kepada Allah. Minta agar Allah membukakan hati presiden, kalau pada akhirnya tim penyidik tidak bisa (mengungkap), tidak mampu, sudah angkat tangan, minta ke Allah, yakinlah dengan pertolongan Allah, minta agar Presiden dibukakan hatinya untuk membentuk TGPF," kata Harun.

Novel disiram air keras oleh dua pengendara motor pada 11 April 2017 seusai Shalat Subuh di Masjid Al-Ihsan dekat rumahnya. Ia kemudian dibawa ke Singapura untuk menjalani pengobatan di kedua matanya.

Selama Novel menjalani perawatan, polisi belum berhasil menangkap pelaku penyiraman. Beberapa orang sempat diamankan karena diduga sebagai pelaku, tapi mereka kemudian dilepaskan karena tidak ada bukti.

Polda Metro Jaya sudah merilis dua sketsa wajah yang diduga kuat sebagai pelaku, namun belum ada hasil dari penyebaran sketsa wajah tersebut.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement