REPUBLIKA.CO.ID Oleh: Fergi Nadira, Singgih Wiryono
"Ini semua adalah kebesaran Allah." Kalimat itu keluar dari mulut Syamsuddin Ismail (55), ayah dari Mukhmainnah, penyintas longsor underpass di Jalan Perimeter Selatan Bandara Soekarno-Hatta, Tangerang. Ia mensyukuri kekuasaan Ilahi atas keselamatan putri sulungnya yang tertimpa longsoran beton jalanan seberat sekitar 60 ton.
Di rumah sakit tempat putrinya dirawat, Syamsuddin terlihat semringah dan penuh kelegaan akan kondisi Mukhmainnah yang berangsur membaik dan sudah bisa diajak berkomunikasi. Saat ditunggui kemarin, putri sulungnya yang berusia 24 tahun itu sedang dalam pemulihan trauma dan menunggu proses pemeriksaan penyakit dalam oleh tim dokter.
"Alhamdulilah, sudah baik kalau dari traumanya. Saya saja yang menemani. Sudah telepon ibunya juga tadi," ujar Syamsuddin di RS Siloam Lippo Karawaci, Selasa (6/2).
Hingga kemarin siang, Syam meyampaikan, putrinya sudah menjalani cek kesehatan dari kepala sampai ke tulang punggung oleh tim dokter termasuk bedah saraf.
Hal itu mengingat setelah tergencet selama hampir 14 jam, posisi duduk yang tak stabil menyebabkan cedera di beberapa otot. Hasilnya, semuanya dalam kondisi normal, tetapi terdapat cedera pada otot di pinggang dan dapat dipulihkan di ruang perawatan.
Syamsuddin ingat sebuah pesan Whatsapp datang dari putrinya beberapa waktu sebelum kejadian kemarin.
"Pa, gelap nih. Mendung, seram," kata Syamsuddin mengutip pesan sang anak. “Jelang beberapa menit, dia enggak jawab lagi. Mungkin sehabis itu kejadiannya," kata Syamsuddin.
Kejadian bermula saat Mukhmainnah bersama rekannya, Dianti Diah Ayu Cahyani Putri (25), pulang kerja bersama dari kantor mereka di Garuda Maintanance Facility (GMF) Aeroasia di kawasan Bandara Soekarno-Hatta.
Pukul 17.45 WIB, runtuhan underpass Jalan Parimeter Selatan tiba-tiba menimbun mereka tanpa ampun. Mobil gepeng, menyisakan ruang yang sangat sempit untuk dijangkau. Terlihat pintu mobil Honda Brio yang mereka naiki terlipat dua. Klakson meraung-raung.
Tim penyelamat dari TNI, kepolisian, Basarnas, dan pihak bandara diterjunkan. Mereka mulai mengambil tindakan sekitar pukul 19.00 WIB. Persiapan lampu sorot untuk menerangi lokasi penyelamatan dinyalakan.
Garis polisi beberapa kali dibuka-tutup untuk memasukkan alat berat ke lokasi kejadian. Satu alat berat tiba, tetapi tak terjangkau. Beberapa petugas terlihat menggelengkan kepala yang berpeluh sambil menatap ke arah tebing tanah yang labil.
Hingga pukul 21.00 WIB, setidaknya sudah tiga kali alat berat hilir mudik di lokasi. Pengendalinya kebingungan mencari cara menyingkirkan beton-beton raksasa yang mengimpit tubuh kedua gadis di dalam mobil. "Ya Allah, mudah-mudahan anak saya enggak apa-apa," ujar Sudiana Susilaning, ibunda Dianti Putri, di pinggir trotoar sambil terus berdoa.
Enam jam evakuasi tak membuahkan hasil. Dongkrak mobil, dongkrak buaya, pompa hidrolik yang biasanya mampu mengangkat beban 20 ton tak berkutik di hadapan beton-beton raksasa tersebut. Petugas yang menyeret dongkrak buaya terlihat lemas, warga sekitar yang ikut menonton proses evakuasi pulang satu per satu sambil berbisik-bisik, “Pasrahkan saja.”
Pukul 01.30 WIB, saat suasana semakin sepi, tiba-tiba terdengar teriakan. "Ambulans nyala, tolong ambulans nyala!" Jalan kembali disterilkan, 45 menit kemudian salah seorang petugas menghampiri ambulans. "Orang tua Putri mana? Masuk ke ambulans!"
Pukul 01.50 WIB, Selasa (6/2), Dianti Putri berhasil dievakuasi. Ia langsung dibawa ke RSUD Tangerang sekitar pukul 03.20 WIB dan kemudian dirujuk ke RS Mayapada sehubungan kondisinya memburuk akibat luka dalam. Pukul 06.43 WIB, Dianti berpulang.
Syamsuddin menuturkan, Mukhmainnah sempat menanyakan nasib rekannya. Karena kondisi putrinya dianggap belum stabil, Syamsuddin terpaksa berbohong. “Saya bilang, 'Ada di sana.' Saya dapat pesan dari dokter, kondisi putri saya masih labil, jadi saya tidak infokan," kata Syamsuddin.
Kapolres Metro Kota Tanggerang Kombes Harry Kurniawan mengiyakan, Mukhmainnah sudah dalam kondisi yang berangsur membaik. Bahkan, kata dia, Mukhmainnah sudah bisa menceritakan detail kejadian. Saat itu, Mukhmainnah menceritakan, ia dan Putri sedang menjalani puasa sunah Senin-Kamis.
"Saya terharu lihatnya, sebab dia antusias sekali cerita tadi. Tapi, saya suruh istirahat saja, jangan dulu berbicara banyak," ujar Kombes. (christiyaningsih, Pengolah: fitriyan zamzami).