Jumat 02 Feb 2018 13:25 WIB

Sebelum Menganiaya, Asep Berdebat dengan Ustaz Prawoto

Dua hari sebelum Asep menganiaya Ustaz Prawoto, keduanya berdebat tentang agama.

Rep: Muhammad Fauzi Ridwan/ Red: Ratna Puspita
Para pelayat tengah menyolatkan Ustaz Prawoto yang meninggal akibat dianiaya di mesjid Al Muhajirin Jalan Burujul, Desa Mekar Rahayu, Kecamatan Margaasih, Kabupaten Bandung, Kamis (1/2)
Foto: Republika/Fauzi Ridwan
Para pelayat tengah menyolatkan Ustaz Prawoto yang meninggal akibat dianiaya di mesjid Al Muhajirin Jalan Burujul, Desa Mekar Rahayu, Kecamatan Margaasih, Kabupaten Bandung, Kamis (1/2)

REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG — Dua hari sebelum peristiwa penganiayaan yang dilakukan Asep Maptuh (45 tahun) terhadap Ustaz Prawoto hingga meninggal, keduanya terlibat dalam perdebatan tentang agama. Namun, belum diketahui apakah hal itu yang membuat Asep melakukan tindakan penganiayaan.

"Tidak ada perselisihan, tetapi dua hari sebelum kejadian. Ada (mereka) diskusi soal agama. Dijelasin (korban kepada pelaku) agar jangan percaya kepada hal hal gaib tapi ke Quran Hadits," ujar adik korban, H Didin saat ditemui di lokasi kejadian, Jumat (2/2).

Ia menuturkan, selama ini korban selalu mengingatkan kepada Asep agar tidak terlibat hal yang tidak jelas. Selama ini, dia mengatakan, Asep sering berbicara mengenai hal hal yang gaib dan belajar kitab-kitab.

"Kata adik saya, jangan pernah percaya hal yang gaib. Jangan percaya kepada hal pararuguh. Tersangka sering bicara yang gaib dua hari lalu," ungkapnya.

Menurutnya, Asep juga sering meresahkan warga karena kerap memberontak. Bahkan, dia pernah dua kali diborgol oleh warga karena mengamuk dan membakar rumah. 

Didin menambahkan, korban dalam kesehariannya berjualan kain dan aktif di Persatuan Islam (Persis)

Warga setempat, Elis (24 tahun), menuturkan almarhum merupakan orang Palembang yang menikah dengan warga Bandung dan sudah memiliki dua anak. Saat ini, istri dan anaknya berada di Burujul, Mekar Rahayu, Margaasih, Kabupaten Bandung.

Elis juga mengomentari perlaku keseharian Asep. “Dibilang gila da ngobrol nyambung. Sehari-hari biasa, berkomunikasi. Pelaku tinggal sendiri di rumah adiknya dan jarang bersosialisasi dengan yang lain," kata dia.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement