REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kepala Unit Kerja Presiden Pemantapan Ideologi Pancasila (UKP-PIP) Yudi Latif menyebutkan, Indonesia menjadi percontohan bagi negara-negara maju dalam mengelola kemajemukan dan perbedaan. "Masyarakat Indonesia harus bangga karena Indonesia memiliki keunggulan soal mengelola kemajemukan," kata Yudi Latif saat menghadiri acara Pertemuan Kebangsaan Nation and Character Building Institute (NCBI) di Jakarta, Sabtu (27/1).
Menurut dia, Indonesia punya banyak bahasa, banyak ras dan agama, tapi masih akur dan hidup bersatu. "Itu modal terpenting yang bisa dibanggakan dari Indonesia," ujarnya.
Ia mengatakan, Indonesia punya banyak pengalaman dalam mengelola kemajemukan. Hal itu dimulai pada sumpah pemuda 28 Oktober 1928, saat pemuda dari berbagai daerah, dari berbagai keragaman identitas, meleburkan diri menjadi satu.
Latar belakang agama, ras atau suku tidak membatasi warga negara untuk menjadi pemimpin. Bahkan, Indonesia pernah memiliki kepala negara yang berjenis kelamin perempuan.
"Satu-satunya alat pemersatu dalam perbedaan yang kaya di Indonesia adalah Pancasila. Pancasila menyatukan berbagai kepentingan, sehingga kemajemukan tidak menjadi sumber konflik, namun menjadi sumber kebahagiaan dalam hidup bermasyarakat," tutur Yudi.