Selasa 26 Dec 2017 15:28 WIB

Ratusan Massa Tuntut Usut Dugaan Pelecehan Remaja di Tasik

Rep: Rizky Suryarandika/ Red: Hazliansyah
Seratusan massa menggelar aksi unjuk rasa di Kota Tasikmalaya, Jawa Barat, Selasa (26/12) lantaran adanya dugaan kasus pelecahan remaja di salah satu toko aksesoris. Massa menuntut pengungkapan kasus dugaan pelecahan oleh oknum petugas keamanan.
Foto: Republika/Rizky Suryarandika
Seratusan massa menggelar aksi unjuk rasa di Kota Tasikmalaya, Jawa Barat, Selasa (26/12) lantaran adanya dugaan kasus pelecahan remaja di salah satu toko aksesoris. Massa menuntut pengungkapan kasus dugaan pelecahan oleh oknum petugas keamanan.

REPUBLIKA.CO.ID, TASIKMALAYA -- Seratusan massa menggelar aksi unjuk rasa di Kota Tasikmalaya, Jawa Barat, Selasa (26/12). Aksi unjuk rasa tersebut dipicu adanya dugaan kasus pelecahan remaja di salah satu toko aksesoris. Massa menuntut pengungkapan kasus dugaan pelecahan yang dilakukan oleh oknum petugas keamanan.

Massa berkumpul di kawasan Masjid Agung Kota Tasik sejak pukul 10.00 WIB. Semakin lama jumlah massa semakin banyak. Jumlahnya mencapai seratusan.

Massa didominasi oleh orang-orang beratribut Himpunan Mahasiswa Islam (HMI). Orasi pun disampaikan di sekitaran Masjid Agung Kota Tasik.

Koordinator Lapangan aksi HMI, Fikri Zulfikar menyampaikan sejumlah tuntutan dalam aksi kali ini. Pertama, mengecam tindakan yang dilakukan toko aksesoris terhadap remaja perempuan berinisial AQ (16 tahun). Kedua, mendorong penuntasan hukum atas kasus yang menimpa AQ.

"Ketiga, menutup mutlak bukan hanya menyegel sementara toko itu. Dan keempat, mendorong pemerintah menegakan perda Tata Nilai yang religius," katanya.

Namun ia menyampaikan pula terdapat pihak yang ingin memecah belah umat sekaligus memanfaatkan gerakan ini. Sehingga diharapkan umat Islam tidak terpecah belah atas kasus tersebut. Apalagi, Kota Tasik sempat mengalami konflik berlatarbelakang agama pada 1996 lalu.

"Menghimbau umat agar tidak terpropaganda dan terpecah belah untuk kepentingan pragmatisme sesaat," ujarnya.

Seusai menyampaikan orasi, massa bergerak ke toko yang menjadi tempat terjadinya dugaan tindangan pelecehan. Disana, massa kembali berorasi dengan disaksikan oleh warga sekitar. Terpantau aksi berjalan lancar. Toko sendiri sudah ditutup dan disegel oleh Pemkot Tasik.

Sebelumnya, AQ diduga mendapat perlakuan pelecahan di toko aksesoris yang terletak di jalan Sukalaya, Kelurahan Yudanegara, Kecamatan Cihideung pada Kamis, pekan lalu. AQ sempat dianggap mencuri karena alarm toko berbunyi saat AQ hendak keluar dari toko.

Selanjutnya, petugas keamanan perempuan memeriksa AQ di WC. Pemeriksaan termasuk dengan menggeledah bagian tubuh AQ. Namun tak ada barang yang dicuri. Belakangan diketahui, alarm berbunyi karena adanya barcode tertempel di celana AQ.

Tak terima dengan perlakuan itu, keluarga AQ melaporkan peristiwa tersebut ke Polsek Cihideung. Hanya saja, pihak Kepolisian dianggap tidak merespons laporan itu. Akhirnya, kasus ini berujung ramai di media sosial hingga mengundang perhatian banyak pihak.

Seberapa tertarik Kamu untuk membeli mobil listrik?

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement