Selasa 12 Dec 2017 05:05 WIB

Din Syamsuddin: Kepentingan Politik Picu Sikap Ekstremisme

Rep: Novita Intan/ Red: Bilal Ramadhan
Din Syamsuddin
Foto: ROL/Havid Al Vizki
Din Syamsuddin

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sebagai agama yang dirahmati Allah SWT, Islam merupakan agama yang mengutamakan kedamaian. Islam sangat mengecam adanya kekerasan yang disengaja termasuk untuk masyarakat lain yang memegang kepercayaan berbeda.

Utusan Khusus Presiden untuk Dialog dan Kerjasama Antaragama dan Peradaban, Din Syamsuddin, mengatakan Islam sangat menentang sikap ekstrimisme dalam bentuk apapun. Sikap ini menimbulkan dampak negatif dan buruk tidak hanya bagi individu tapi juga negara.

"Ekstrimisme bukan hanya dalam bentuk kekerasan fisik, tetapi juga ada kekerasan verbal, dan kekerasan negara, berkoalisi yang menimbulkan tindakan merugikan rakyat. Sikap ini tidak hanya bermotifkan keagamaan, tapi juga etnisitas, kepentingan bisnis dan politik," ujarnya kepada Republika.co.id usai acara acara 'Violent Extremisme & Religious Education in Southeast Asia' di Hotel Oriental Mandarin, Jakarta, Senin (11/12).

Menurutnya, sikap ekstrimisme bisa ditimbulkan dari kitab suci Alquran. Di mana, ayat dalam kitab suci adanya yang mendorong perdamaian, dan juga peperangan. "Kitab suci Alquran ada yang mendorong kekerasan, kecenderungan tidak jelas pada perdamaian, ada juga mendorong perang. Inilah menjadi gagalnya interprestasi tentang kitab suci Alquran," ucapnya.

Untuk itu, diperlukan pemahaman dan meletakkan tujuan akhir agama. Sehingga pesan perdamaian dunia bisa menyebar ke umat tidak hanya kaum muslim saja. Sebelumnya, Menteri Agama Lukman Hakim sikap esktrim dalam agama nantinya bisa memberikan dampak negatif bagi agama itu sendiri, dan akan menimbulkan bencana di luar agama.

Ekstrimisme akan menyebabkan agama menjadi pihak tertuduh munculnya ketidaharmonisan di antara masyarakat lokal dan internasional. Untuk itu, kerukunan antarumat beragama sudah seharusnya menjadi nilai yang semakin lentur di negara kita.

Di mana setiap warga negara perlu kembali diingatkan bahwa bangsa ini berdiri di atas perjuangan pribadi-pribadi yang memandang orang lain sebagai warga sebangsa dan setanah air, tanpa memandang latar belakang agama, suku, dan budaya.

"Sebagai warga negara yang berideologi Pancasila mari bangun negeri ini di atas persatuan dan kesatuan yang mengatasi segala perbedaan yang ada," ujar Lukman.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement