REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Tentara Nasional Indonesia (TNI) baru saja melantik Panglima terbaru mereka, yakni Marsekal TNI Hadi Tjahjanto. Dalam masa kepemimpinan Hadi, ia akan dihadapkan pada sejumlah tantangan. Tantangan yang paling signifikan di antaranya adalah tahun politik, yakni pemilihan kepala daerah 2018 dan pemilihan pemilihan presiden pada 2019.
Berkaitan dengan itu, sejumlah tokoh berharap agat Panglima Hadi dapat berfokus menjalani tugasnya sebagai Panglima TNI tanpa terpengaruh terpaan angin politik dalam gelaran pesta demokrasi tersebut. Wakil Ketua DPR RI Fadli Zon mengatakan, sebaiknya panglima berfokus pada pembangunan internal di TNI.
Hadi diharapkannya dapat meningkatkan kapasitas TNI sebagai alat negara. Fadli berharap, perencanaan untuk memperkuat alutsista dapat teraudit dengan sebaik-baiknya, bukan sekedar keinginan atau proyek.
"Pekerjaan ke dalam TNI ini saja sudah cukup banyak, jadi jangan ikut-ikutan dalam politik yang praktis, pilkada, pilpres," kata Fadli dalam sebuah diskusi di Cikini, Jakarta Pusat, Sabtu (9/12).
Sementara, Anggota Komisi I DPR RI Bobby Adhityo Rizaldi mengakui, pergantian menjelang panglima menjelang tahun politik memang harus disikapi. Namun, panglima TNI tetap diharapkan fokus pada sejumlah perkara yang besar yang menjadi ranah TNI.
Politisi Golkar ini menyoroti sejumlah hal di antaranya adalah tetap perlunya soliditas aparat penegak hukum dan militer di Papua yang selalu bergejolak. Tak lupa, modernisasi alutsista juga harus diperhatikan oleh Hadi. "Berkaitan dengan tahu politik tentunya sama, TNI jangan sampai berpolitik," kata dia.
Sedangkan, Mantan Kepala Dinas Penerangan TNI Angkatan Udara (AU) Marsekal Pertama Purnawirawan Dwi Badarmanto mengatakan, untuk urusan pengamanan pilkasa dan pilpres sejatinya sudah ada yang mengurus, yakni Polri.
Sehingga, Hadi tidak perlu terlalu memikirkan hal tersebut. Namun dalam hal ini, Soliditas dua instansi, yakni TNI dan Polri tetap harus dijaga demi lancarnya gelaran pesta pokitik tersebut.
"Soliditas tetap dijaga. Pak Hadi dan Pak Tito lulusan angkatan yang tidak terlalu terpaut jauh, saya pikir bisa dekat mudah, Harus itu, (Soliditas) harus dibangun keduanya meskipun di bawah masih ada riak-riak," ujarnya.